CHAPTER 45 : I HATE YOU?

8.4K 1.2K 63
                                    

Hallo teman-teman♡´・ᴗ・'♡
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya...

Nah hari ini aku selesai hiatus dan telah kembali nih...(。>‿‿<。 )

Aku rindu kalian lho. Apa kalian juga? Tapi jangan rindu ya, rindu itu berat ternyata. Hehe

Nah untuk mengobati rasa rindu kalian, aku akan memberikan update 7  chapter pada hari ini juga. Yaitu...dari chap 45-51 lho.

Dan kemarin aku udah kasih spoiler di wall profil aku tentang update kali ini. Jadi silahkan ikuti seterusnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Nah sekian sapaan dari author dan silahkan menikmati

*
*

★Happy Reading ★

*
*

Dua hari telah berlalu dan seharusnya ini malam terakhir bagi Irene menginap di kediaman duke. Namun, Irene kembali disuruh menginap di sana satu hari lagi. Irene sempat menolak tapi terpaksa diturutinya. Ia sebenarnya tidak terlalu nyaman berada di sana apalagi saat Griselle sering mengganggunya. Seperti saat perjamuan, secara jelas Griselle menyindir Irene di hadapan para tamu. Tentu Irene akan membalasnya dengan tajam seperti biasanya hingga Griselle makin geram.

Tapi entah mengapa Irene merasakan adanya hal aneh dari Griselle. Beberapa hari ini ia mulai sering mengganggunya secara tegas tak seperti biasanya yang dilakukan secara diam-diam. Irene merasa kesan Griselle dalam menyudutkannya cukup tergesa-gesa.

Dan hari ini, kedua orang itu kembali beradu mulut. Griselle menemui Irene yang sedang berlatih pedang di kawasan pepohonan di halaman belakang kediaman duke.

"Apa yang kau lakukan di sini?" ujar Irene dingin.

"Bukankah normal bagiku menemui anak tiriku?" jawab Griselle berlagak ramah yang langsung ditertawakan oleh Irene.

"Hah haha...siapa? Aku? Siapa bilang kalau aku anak tiri Anda, wahai Nyonya Sialan? Dan lagipula kau bahkan tak punya hal yang membuatmu menjadi istri duke. Jadi tak ada alasan untukku untuk memanggilmu 'ibu tiri', bukan?" balas Irene.

"Ya ampun, sayang. Jangan berkata begitu. Memang benar jika kau bukan putri tiriku. Tapi bagaimanapun kau tetap putriku juga." ujar Griselle tersenyum miring.

"Ck, sekarang kumohon pergilah! Atau aku tak segan-segan membunuhmu dengan pedangku ini!" ujar Irene mengacungkan pedangnya ke arah Griselle.

"Hmph, kau mungkin tak tau, sayang. Tapi kita memiliki hubungan dekat dan bisa dibilang...kita ini keluarga." ujar Griselle sambil menatap Irene dengan penuh rahasia.

"Dasar gila! Berhentilah bicara dan pergi!" bentak Irene kesal tanpa tau pikiran Griselle.

"Haha...dasar bodoh! Aku sudah mengujimu dan karena aku sudah memastikan kalau kau sama sekali tak tau tentang kita sebenarnya, jadi kami bisa memulai semuanya dari sekarang." bathin Griselle dan ia pun pergi sambil berkata, "Baiklah, sayangku. Aku akan pergi.Selamat malam, nak."

"Ck, 'sayang'? 'Nak'? Dia sungguh memuakkan!" kesal Irene dan ia pun kembali melanjutkan latihannya, "Hfft... Mari kita mulai lagi, Irene."

.
.
.

Pagi harinya, semua anggota keluarga itu sarapan dan melakukan kegiatan seperti biasanya. Lalu duchess meminta Irene untuk menemaninya berjalan-jalan ke kota. Dan sekarang mereka tengah berada di sebuah taman bunga dekat kota dan duduk di bangku kayu panjang itu. Mereka berdua hanya diam duduk di sana hingga akhirnya duchess memanggil Irene.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang