▪ Irene POV
Kepalaku pusing, aku ingin pergi dan meminum obatku. Tapi, Velix sekarang ada bersamaku. Entah kenapa dia pergi ke sini dan meninggalkan pestanya.
Dia bahkan membuat kelinci bulan dan memintaku membuatkan anting ke telinga kirinya. Dia tampak tersenyum senang. Tapi, ketika melihat hal itu, entah kenapa, aku merasa ada yang salah.
Aku mulai memikirkan hal yang seharusnya tidak terjadi sekarang. Aku mulai menyadari semua yang kulewati hingga sekarang. Semua hal yang seharusnya tidak terjadi, malah terjadi saat ini.
Semuanya sangat baik saat ini, tapi aku takut, aku takut semuanya akan membuatku jatuh lagi. Aku tak ingin sakit dengan semua rasa cinta yang dulu ingin kumiliki.
Aku tak seharusnya berada dengan mereka, di dekat Cecillia, terutama dia saat ini, karena aku sangat ingat, seharusnya saat ini dia berpasangan dan berdansa dengan Cecillia seperti dahulu. Aku tak tau, semuanya berbeda sekarang. Tapi, yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti semuanya.
Aku juga tak lupa, aku tak lupa dengan tujuan hidupku untuk mendapatkan hidup damai sendirian. Aku tak lupa, hanya saja sekarang belum tepat. Aku perlu mencari tau banyak hal tentang apa yang saat ini berada dalam diriku. Aku perlu menunggu untuk waktu yang tepat.
Aku tau, aku hanya harus sendirian untuk bahagia nanti.
"Irene..."
Suara itu memudarkan lamunanku. Tapi, saat aku ingin mendengar apa yang dia bicarakan, rasa sakit itu muncul lagi. Kepalaku sangat sakit dan kakiku lemas. Aku terjatuh ke belakang, tapi Velix meraih tanganku. Aku masih membuka mataku. Aku meraih tangannya untuk tidak terus jatuh.
Namun sayang, entah apa masalahnya, kami sama-sama jatuh dan...
*cup*
Bibir kami bertemu..
.
.▪ Author POV
*cup*
Saat ini kedua orang itu terjatuh dengan posisi yang mengejutkan. Velix berada di atas dan Irene berada di bawahnya. Mata mereka terbuka dan saling bertemu serta...bibir yang saling bersentuhan. Mereka terdiam, lalu sesaat kemudian Velix panik dan segera berdiri. Ia memegangi bibirnya yang telah melakukan hal tak senonoh kepada seorang gadis. Ia sontak menjauhi gadis itu, meringsuk ke belakang dengan tangan yang menutup mulutnya dengan pipi yang memerah.
'A-aku menciumnya' bathinnya menahan malu.
Sementara Irene yang juga terkejut, hanya bisa menutup wajahnya yang juga sedikit memerah karena malu, lalu ia kemudian bersikap tenang dan datar yang seolah tak terjadi apa-apa agar Velix tak terganggu dengan peristiwa tadi.
"Maafkan saya, Yang Mulia." ujar Irene agak menunduk sopan.
"T-tidak, aku yang salah." ucap Velix gugup.
"Irene, apa...itu ciuman pertamamu?" tanya Velix.
"Iya." jawab Irene yang sungguh membuat Velix merasa menggeliat di hatinya.
'Astaga, apa yang kau lakukan, Velix? Kau breng- Tunggu, bukankah ini bagus? Aku...aku melakukan ciuman pertamaku dengan dia.' bathin Velix.
'Ada apa? Apa dia marah? Apa sekarang sebaiknya aku pergi dan meminum obatku? Rasanya sebentar lagi sakitnya datang lagi.' pikir Irene.
"Velix, aku sangat minta maaf. Tapi, aku sebaiknya kembali ke dalam sekarang. Permisi." ujar Irene.
"Tunggu..." ucap Velix menahan tangan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...