■ Author POV
Sudah 5 hari berlalu semenjak Irene menghardik Kaisar. Dan misinya terus berjalan walau ia belum menemui Kaisar sama sekali karena masih kesal. Dan tentang membuat hubungan baik, pikiran Irene belum sepenuhnya yakin.
Selama 5 hari ini, informasi yang Irene dapat sudah sangat membantu. Ia tahu beberapa hal yang disembunyikan orang-orang itu. Ia hanya perlu menggali lebih dalam, menyelinap, dan mendapatkan bukti untuk membasmi pergerakkan mereka.
Ia mendapatkan informasi dengan menyamar juga terkadang menggunakan seragam dan topeng hitamnya menjelajahi tempat-tempat yang didatangi oleh para bangsawan itu seperti biasa. Tak jarang juga Irene menculik orang-orang mereka untuk memaksa mereka mengatakan apa yang mereka tau dan tak jarang Irene menghinoptis mereka.
Di siang hari, Irene menjadi murid, dan di malam hari menjadi mata-mata. Itulah jadwalnya untuk beberapa waktu ke depan, lebih tepatnya kira-kira 10 hari lagi sebelum pembangunan jembatan menyebabkan bencana itu terjadi lagi.
Dan pagi ini, Irene tengah mengikuti pembelajaran. Namun, pikirannya sedikit terpecah dengan masalahnya sendiri. Hingga jam istirahat berbunyi, dia fokusnya masih terbagi, sehingga tampaklah wajah dingin dan rumitnya.
Seperti biasa, saat bel istirahat pertama dan kedua berbunyi, ia pergi keluar menghindari orang-orang menuju tempat-tempat aman dan tenang.
Namun, untuk beberapa hari ini. Dia lebih was-was karena Cecillia seringkali terlihat oleh matanya berlalu lalang dan berkeliaran di sekitarnya. Tentu saja Irene menjauh dan pergi saat melihatnya. Juga, ia sempat beberapa kali melihat Cecillia dibully oleh para murid yang membencinya. Ya, lagi dan lagi Irene harus membantunya diam-diam dari jauh karena kasihan dan juga sebagai rasa bersalah di masa lalu, serta ia tidak ingin ada fitnah di antara mereka.
Namun, saat ini, pada jam istirahat kedua, Irene memilih pergi ke perpustakaan mencari buku. Dia pun telah menemukan 3 buku dan hendak berajak pergi ke kelasnya karena setengah waktu istirahat telah berlalu. Tapi, siapa sangka ada masalah yang menuju padanya.
*brak*
"Ah!!" teriak seorang gadis terjatuh tepat dihadapannya dan menjatuhkan gunungan kertas-kertas yang tinggi melebihi kepalanya itu bertebaran."Astaga, Nina kau tak apa-apa?"
"Lihat lututmu berdarah!"
Ucap kedua temannya yang berlari membantunya bangun.'Ah... akhirnya mereka mulai lagi.' pikir Irene yang sebenarnya sadar kalau orang itu akan jatuh dan membiarkannya terjatuh.
*mur...mur...*
Sementara itu, orang-orang saling berbisik di sekitarnya."Kenapa kamu bisa jatuh?" tanya temannya.
"I-itu..." ucap gadis berambut blond yang jatuh itu sambil menatap gemetar pada Irene.
"Dasar! Ternyata itu kau!" ucap temannya yang membantu memapah berdiri si Nina itu.
Di lain sisi, Irene hanya diam dan mencoba pergi dari kerumunan itu karena yang membuat keributan untuknya adalah Sophie dan teman-temannya.
"Hei, kakak. Bukankah seharusnya kakak minta maaf?" ucap Sophie sok sopan menghentikan Irene pergi yang dibalas Irene dengan diam acuh.
"Hei!! Kau sudah membuatnya jatuh, tapi kau langsung pergi begitu saja?" ucap temannya yang berambut merah terang yang meraih dan menarik ujung rambut Irene.
'Kebiasaan sekali kau menarik-narik orang, ya...' pikir Irene.
'Tapi...kalau tidak salah yang menarik rambutku ini adalah Emma Watson, putri Duke Watson, dan yang jatuh itu adalah Nina Harris, putri Marquezz Harris. Benar, kan?' gumam Irene sambil menatap mereka dingin bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...