CHAPTER 49 : HAPPY BIRTHDAY, MY SELF

7K 1.1K 56
                                    

Holy magic Cecillia yang telah terungkap membuat semua orang takjub dan bahkan akhirnya keluarga Cecillia memperbolehkan Cecillia untuk berlatih dan menggunakan kemampuannya itu. Sehingga dari hari ke hari, orang-orang mulai mendekati Cecillia sama seperti di masa lalu.

Melihat hal itu, Irene mulai menyadarkan diri bahwa waktunya untuk bersama dengan mereka takkan baik baginya. Selama beberapa hari ia mencoba menjauhi mereka agar ia tak mengubah kehidupan harmonis mereka di masa depan dan sibuk mencari informasi tentang mimpinya. Dan ia lari karena tak ingin menjadi pengganggu untuk hubungan mereka. Namun upaya pelarian dirinya dari pertemanan itu sangat sulit dan sering sekali gagal. Sebab, di manapun ia berada, mereka terus bermunculan.

Cecillia yang saat ini lagi-lagi kehilangan jejak Irene bertanya penuh kesal, "Sebenarnya apa yang terjadi pada Irene?"

"Aku tak tau. Yang jelas dia menyembunyikan sesuatu." ujar Ryan dan diangguki oleh Velix dan Cecillia.

"Apa yang kau pikirkan, Irene?" resah Velix.

Sementara itu, Irene tengah berada di ruangan kosong tempatnya dahulu belajar untuk pertama kalinya di academi. Ia tengah menghubungkan alur mimpinya hingga perasaannya memburuk, ia tak tak tau harus apa. Dan lagi Sophie yang setiap hari akan bertemu dengannya juga mulai mengganggunya secara diam-diam.

Irene memikirkan isi mimpinya dan dia mulai mengetahui sesuatu, "Haha, gila! Siapa yang membuat semua ini sebenarnya, Ibu?"pikir Irene.

Lalu, tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut. "Oh?! Nona Irene?" kejut orang itu saat melihat ternyata ada Irene di dalam sana.

"Tuan Zorte?"

"Ah, maaf saya mengganggu Anda. Tapi saya ingin memeriksa kertas dokumen di meja itu." tunjuk Zorte ke arah gunungan kertas di meja sudut ruangan di depan Irene.

"Tak apa silahkan." ujar Irene datar.

Beberapa menit berjalan namun Irene hanya diam menatap kuku-kuku tangannya yang ia tautkan. Dan ia juga sudah tau kalau Tuan Zorte mengamati dirinya da kepalan tangannya itu sedari awal. Tapi ia merasa tidak risih sama sekali, ia tak tau alasan ia merasa... jujur, ia merasa nyaman seperti perasaan familiar sekaligus aneh dengan orang itu. Perasaan yang sepertinya dahulu sering ia rasakan.

Tuan Zorte yang mengamatinya pun bertanya, "Apa Anda merasa baik?"

"Saya baik."

"Lalu, kenapa Anda terlihat seperti ini? Apa ada yang mengganggu Anda?" tanyanya.

Irene hanya diam, namun sebuah dorongan yang entah kenapa muncul dalam dirinya untuk berkata, "Tuan Zorte, apa yang Anda pikirkan tentang ibu saya?" tanyanya tanpa sadar.

Tuan Zorte membulatkan matanya dan kemudian ia tersenyum mengerti. Tuan Zorte pun menjawab, "Saya hanya tau dia cantik, kuat, dan jahat."

"Lalu, apa Anda pikir ibu saya sungguh melakukan hal jahat itu sendirian?"

"...Saya tidak tau." jawab Tuan Zorte.

"Hah, ini membuatku frustasi!" keluh Irene dan ia berdiri lalu pamit untuk kembali ke kelasnya, "Hfft, Tuan Zorte sebaiknya saya kembali. Permisi."

"Ya, Nona. Kembalilah sebelum bel berbunyi." tanggap Tuan Zorte ramah menatap Irene yang berlalu pergi. Dan saat pintu tertutup tanpa diketahui siapa pun Tuan Zorte pun memasang senyum aneh namun dingin.
"Hmm, berjuanglah, Nonaku."

.
.
.

Di istana, kaisar tengah berkutat dengan urusannya. Ia telah mendapat beberapa titik terang dan ia mengumpulkan para bayangannya.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang