Satu minggu telah berlalu. Dan aku telah melakukan semua hal dengan serius dan baik. Semuanya saat ini masih lancar, walaupun pandangan rendah dan benci mereka masih terasa. Tapi, setidaknya aku sudah sedikit mengubah pandangan rendah para guruku. Bisa dibilang, belum ada hambatan yang menghalangiku saat ini.
Seperti, saat belajar sihir. Aku menunjukkan sihir dasar dengan sangat baik, namun aku dilarang menggunakan dark. Juga, holy magicku masih kusembunyikan.
Saat latihan pedang, aku berlatih bertarung satu lawan satu dengan baik, namun saat latihan melawan komplotan orang, aku masih pura-pura kesulitan.
Aku harus berpura-pura, untuk mengulur waktu hingga pilihan untuk ikut perang atau kabur keluar dapat aku putuskan.
Tapi, entah kenapa, Tuan Zorte tampak seperti tidak memiliki kebencian padaku. Malahan dia sangat baik saat membimbingku. Pandangannya padaku, tampak berbeda dari yang lain. Aku pun makin akrab dengannya setelah beberapa hari ini, walau aku sedikit curiga.
Sudahlah, sebaiknya aku berhenti memikirkan itu. Orang-orang itu makin lama makin aneh. Seperti saat ini, Kaisar tiba-tiba menyuruhku menghadapnya ke istana.
Kemarin sore aku mendapatkan surat, bahwa aku dipanggil ke istana hari ini. Entah apa maunya Kaisar itu sekarang.
Aku pergi dengan kuda yang telah dipersiapkan untukku berpegian.
.
.
.Aku pun tiba di gerbang istana dan disambut oleh pengawal setianya menuju ke ruangan kerjanya.
Pintu terbuka dan aku masuk ke dalamnya.
Aku melihat sang Kaisar duduk dengan gagah di kursi kerjanya dengan kertas-kertas bersusun di atas meja.
Ia tampak tampan, namun tentu Duke lebih tampan darinya. Akan tetapi, aku membenci mereka. Tapi apa daya, aku harus mengubur perasaan itu dahulu dalam-dalam.
"Salam, Yang Mulia." salamku padanya.
"Akhirnya kau datang, duduklah." perintahnya langsung memasang senyum di wajahnya.
Aku pun duduk sesuai perintahnya. Aku duduk di salah satu sofa yang panjang dan dia pun duduk di seberang sofaku yang hanya dibatasi meja beralaskan kayu panjang. Kami berhadapan sangat dekat sekarang. Aku sedikit merinding karena auranya yang tampak bersinar.
"Bagaimana kabarmu?" tanyanya selanjutnya.
"Saya baik-baik saja, Yang Mulia." ucapku datar.
"Hmm...baiklah. Siapkan teh!" perintahnya pada dayang yang telah berdiri di dekat pintu.
Kemudian suasana terasa hening. Sepertinya ia tidak tau apa yang akan dia katakan padaku. Jadi, tentu aku juga tak tau apa yang harus kukatakan padanya. Lalu, setelah beberapa menit, ia pun akhirnya buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...