■ Author POV
"N-nona Irene..."
"Eh?" herannya melihat kearah belakang, dan...
"Oh astaga! M-maaf!!" kejut Irene dengan wajah terbelalak dan segera melepaskan tangannya .
Selain buku, ternyata Irene lupa kalau ia masih menggandeng tangan Cecillia hingga tertarik sampai lorong lantai dua oleh langkah Irene yang cepat.
'Ah, bodoh! Bagaimana bisa aku...huh...apa yang harus kulakukan sekarang?'
Sekarang kedua gadis itu tengah berdiri di tengah lorong yang sepi. Wajah yang bingung dan tangan mereka yang bergerak-gerak asal karena gugup. Suasana di antara mereka sangat terasa canggung.
Setelah beberapa menit, akhirnya Irene membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"M-maaf...dan terimakasih atas bantuan Anda tadi, Nona Letenac. Saya pergi dulu."
Namun saat Irene beranjak pergi, tangannya lagi-lagi ditarik hingga badannya terpental kembali ke arah belakang menghadap Cecillia yang masih berwajah merah dan sedikit menunduk.
"T-tunggu!" ucap Cecillia gugup.
'Kenapa menarikku? Padahal kamu takut. Biarkan aku pergi dari sini.' bathin Irene tertekan.
"N-nona Irene...saya ingin menyampaikan sesuatu." ucap Cecillia masih menunduk.
"Ngg?" bingung Irene dengan mata Irene berfokus padanya.
"S-saya berterimakasih untuk hari itu dan..." ujarnya gugup dengan wajah makin merah membuat Irene mulai panik.
Kemudian dua menggenggam tangan kanan Irene dengan kedua tangannya, menarik napas panjang, dan...
"M-maaf karena telah menimpa Nona hingga terjatuh waktu itu."
"..."
"....Ha? Kapan?" tanya Irene heran hingga wajahnya mengernyit tak paham.
"A-anda tidak ingat?" tanya Cecillia yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Irene.
"Itu...yang di bawah jembatan." ucap Cecillia meyakinkan.
'Hmm? Bawah jembatan? Hoh!!' sadar Irene.
"Anda mungkin salah orang. Permisi." ucap Irene sedikit tersenyum dan ingin pergi. Namun, tangan Cecillia makin menggenggam pergelangan tangan Irene dengan kuat.
"Tunggu! S-saya tau itu Anda. Jadi... tolong maaf atas kelancangan saya." ucapnya menunduk dalam.
'Ukh... ternyata dia menyadarinya.' pikir Irene.
"...Bagaimana Anda bisa yakin itu saya?" tanya Irene penasaran.
"Y-ya, saya juga tidak tau. Tapi, saya bisa mengenali bahwa itu Anda." gugupnya.
'Ah...pasti karena dia bisa melihat aura seseorang karena holy magicnya.' sadar Irene.
"Jadi, sekali lagi terimakasih dan maaf atas waktu itu."
"T-tidak perlu. Itu sewajarnya saya membantu. Seharusnya saya yang minta maaf."
"Minta maaf? Kenapa?" penasarannya bingung.
"Ah itu..."
'Bagaimana aku bisa mengatakan tentang apa yang kulakukan padamu dahulu.' kata Irene dalam hati yang sangat ingin ia katakan, namun tak bisa."Tidak perlu berterimakasih dan meminta maaf, karena kita tidak punya sesuatu lagi untuk saling mengatakan itu. Kalau begitu, saya per..." ujar Irene yang terhenti akibat Cecillia yang menarik keras tangan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...