■ Cecillia POV
Setelah mengetahui nama masing-masing. Kami terdiam. Bukan karena canggung , tapi kami menikmati kehangatan api unggun dan ikan yang dibakar oleh Nona Irene.
Di saat itu, aku pun teringat wanita yang tadi dia temui. Tanpa sadar aku langsung bertanya.
"Nona, apakah wanita tadi itu Ibu Anda?"
"Ya." jawabnya.
"Kenapa tadi dia terlihat tak menyukai Anda?" tanyaku.
"Entahlah. Mungkin ini nasibku."
"Nasib?" heranku.
"Ya. Aku yang dibenci Ibuku dan ditinggal oleh Ayahku. Lalu, aku yang terlahir karena sebuah kesalahan. Bukankah itu nasibku?"
"..." aku diam tak mengerti.
"Apa kamu tidak punya orang tua?" tanya Nona Irene padaku.
"...Ada."
"Lalu, kenapa kamu ke hutan sendirian?"
"S-saya kabur." jawabku malu.
"...?" Nona Irene tampak bingung.
"Ya. Saya kabur karena mereka sangat mengekang saya. Saya selalu dimanjakan, namun tak dibolehkan melakukan hal yang ingin saya lakukan."
"Saya ingin seperti kakak-kakak saya dan menjadi kuat. Namun, untuk belajar kuat saja saya dilarang. Lalu bagaimana bisa saya bisa berkembang dan menjadi kuat juga mandiri? Saya tak senang dengan manjaan. Apalagi saat mereka selalu melindungi dan menyembunyikan saya di rumah. Saya...sangat tertekan dan iri dengan kakak-kakak saya. Saya merasa lemah dan malu karena saya tak bisa seperti mereka. Jadi saya kabur untuk bebas dan mencari cara saya sendiri." jelasku lagi.
"Hmmm...begitu ya." ujar Nona Irene.
"Tapi, saat saya kabur, saya malah tersesat kemari." ujarku malu.
"Lalu, kapan kamu ingin kembali?"
"...Mungkin ketika saya sudah bisa menggunakan sihir saya."
"...Apakah cahaya itu?" ujarnya.
"Ah? Anda tau?"
"Ya....itu Holy Magic, kan? Aku tau karena saat aku melihatmu, kamu sangat terang."
Mendengar hal itu, aku jadi takjub dengan seberapa hebat Nona Irene.
"Jika boleh saya tau, apa sihir yang Anda gunakan tadi itu?" tanyaku penasaran.
"Oh, ini?" ucap Nona Irene sambil memperlihatkan aura hitam dan kuat dari tangan kanannya.
'K-kuat sekali.' takjubku.
"Ini Dark Magic. Apa kamu takut?" ujarnya.
"Tidak. Saya...saya kagum. Itu sangat kuat." pujiku.
"Hmmh..." balas Nona Irene tersenyum.
"Nona Irene, karena Anda bisa sihir. Bisakah Anda mengajari saya?" pintaku.
"Hmm...bagaimana, ya?"
"Nona Irene, tolong jadilah guru saya?" pintaku memohon.
"Ngg....Baiklah." jawab Nona Irene.
"Yeah...terimakasih, Nona Irene." girangku dan langsung memeluknya.
Selang beberapa detik aku tersadar dan langsung melepaskan pelukanku.
"M-maafkan saya, Nona."
"...Tidak, tidak apa-apa. Aku pikir ini pelukan pertamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...