CHAPTER 55 : TRUTH?

7.3K 1.1K 61
                                    

“Keyran Flintshier! Keluar kau!” teriak gadis yang tengah berwajah geram di tengah hutan yang gelap itu. "Sesuai undanganmu, aku sudah di sini! Jadi keluar dan temui aku, bajingan!"

Lalu orang yang dimaksud itu, si pria bertopeng, keluar dari balik pohon besar itu. "Ha...hahaha...kau sungguh berani, Keponakanku Sayang," tawanya dan Irene hanya diam menahan amarah.

"Apa yang kau mau, Paman Sialanku?" tanya Irene sinis. “Oh! Ponakanku memang pintar, kau sudah tahu kalau aku pamanmu. Kalau begitu aku tak butuh topeng ini lagi, bukan?" ujar Kyeran dan membuka topengnya, menampakkan rambut hitam kehijauan serta tampang wajah yang dingin, namun wajahnya itu sangat familiar jika mengingat fisik wanita itu walau rambut dan mata mereka itu berbeda.

Mata mereka tidak sama, mata pria ini tidak hitam berkilat kemerahan seperti wanita itu, tapi lebih berwarna merah keoranyean. Dan rambut pria ini hitam kehijauan bukan hitam berkilau kemerahan seperti wanita itu. Irene jadi penasaran dengan orang tua mereka yang di dalam mimpinya yang buram itu terasa sangat memuakkan.

"Katakan, kau mau apa?" tanya Irene penuh penekanan. "Hah, baiklah, aku memanggilmu kemari untuk memberi jawaban tentang apa yang kau cari selama ini." ujar Kyeran.

Irene pun tersenyum miring kepada Kyeran Flintshier yang adalah pamannya itu, alias adik dari wanita itu. Ya, adik dari Kyrana Flintshier, ibunda Irene. "Kau paman yang perhatian, ya, sampai-sampai kau tahu apa yang aku lakukan." ucap Irene yang sudah tahu kalau pria itu tahu apa yang selama ini ia cari tapi Irene jamin kalau dia tidak tau tentang keterlibatannya sebagai Evander karena alibi yang dibuat kaisar telah mengecoh semua orang.

"Ya, aku tau kau mencari tahu tentang hubunganku dengan wanita itu, bukan?" ujar pria itu remeh dan Irene menatapnya tajam. "Benar, jadi katakan, apa maumu kepadaku sekarang? Menyiksaku? Atau kau ingin membunuhku?" tanya Irene dengan wajah dinginnya.

"Haha, benar aku ingin membunuhmu, aku ingin menyiksa dan membuat kau menderita," ujar pria itu tertawa. "Ya, baiklah terserah kau saja. Tapi aku ingin tahu, mengapa kau sangat ingin aku menderita sedangkan wanita itu telah mati dan aku harus terus hidup dalam permainan yang kau ciptakan ini? Kenapa?!" tanya Irene.

Lalu pria itu tertegun dan kemudian tertawa bagai orang gila. Kyeran pun akhirnya menjawab, "Kau tak tau? Haha, ya, aku ingin kau menderita karena aku sangat membenci kau, ANAK PEMBUNUH!" Irene tersentak  dengan suara tinggi pria itu. "Pembunuh?" herannya.

"Aku membenci kau, aku sangat benci kau, terurama wanita iblis itu. Kau tau, karena wanita itu...aku...aku  kehilangan mereka berdua, SIALAN!" bentak Kyeran. "Apa? Siapa 'mereka' yang dia maksud?" heran Irene dalam hati.

Kyeran terus terkekeh menatap benci kepada Irene yang sedang mencerna seluruh rangkaian puzzle ini. Lalu Kyeran kembali berkata dengan kerasnya, "Hmph, pasti kau tak mengetahui ini. Kau tau alasan aku sangat membenci wanita sialan itu adalah karena...karena aku kehilangan dua orang itu...YA, WANITA ITU, YANG KAU SEBUT IBUMU ITU TELAH MEMBUAT ISTRI DAN ANAKKU TIADA, KAU TAHU?!"

Irene membeku. "Maksudmu...Leya?" ucap Irene ingat bagian tentang orang yang diakhir catatan yang menyebutkan kalau wanita itu mengikuti wanita bernama Leya. Ya, buku yang dia baca hanya mencapai bagian dimana wanita itu selalu mengatakan ke mana wanita bernama Leya itu pergi tanpa menuliskan tujuan ia membuntutinya. "Haha, bagaimana kau bisa menyebut namanya dengan mulutmu, iblis?!" bentak Kyeran.

"Kau tak pantas. Kau anak haram dari wanita yang telah membuat kedua cintaku mati, tak pantas menyebut mereka, dasar iblis. Kau tahu, hanya untuk mendapatkan gelar yang seharusnya diturunkan padaku, wanita itu rela membunuh mereka. Lalu bagaimana bisa kau hidup tenang sedangkan putriku harus mati, hah?!" lanjut Kyeran lirih penuh benci.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang