J • 9

25.6K 1.8K 174
                                    

Netra gelap Jino menatap Ambar yang malah merasa kikuk sendiri, sedangkan Dero dan yang lain sedang kesal sekaligus gregetan dengan kelakuan Ambar.

Setelah insiden musyawarah yang dimaksud Ambar tadi, mereka kompak untuk membolos hari ini, termasuk Ambar yang diseret Jino seperti tawanan yang dilarang kabur.

Dan mereka tengah berada di basecamp ZELVAGOS saat ini.

"A--ambar laper tau. Jino dari tadi ngeliatin Ambar terus ngga cape emangnya?" Ambar mengedarkan pandangannya ke ruangan basecamp yang mereka tempati, lalu berjalan ke sebuah meja makan kecil yang diatasnya terdapat beberapa bungkus roti. Ambar langsung mengambil satu, membuka bungkusnya lalu melahapnya dengan rakus.

Zaidan yang sudah sedikit tau tentang sikap Ambar yang menurutnya ajaib, langsung terkekeh, "lo laper banget, Bar?"

Ambar menganggukan pelan kepalanya dengan mulut yang masih penuh oleh roti yang dimakannya.

Fauzan mendengus, "cewek gembul!"

Ambar yang mendengar dengan jeli ujaran Fauzan langsung menaruh roti yang tinggal setengah di tangannya, dan berkacak pinggang sambil berjalan menghampiri cowok berkulit sawo matang itu.

"Ih, dasar cowok nyinyir. Ambar yakin pasti situ belum laku kan sampe sekarang? Karena mulutnya kayak cewek!"

Fauzan yang dikatai belum laku langsung berdiri dan ikut-ikutan berkacak pinggang dengan wajah songongnya.

Zio langsung menarik lengan Fauzan, "Zan jangan mulai rese, dia cewek." Namun Fauzan tak mengindahkan ucapan Zio.

"Ini cewek bener-bener bikin jakun gue turun naik. Kalo bukan karena si Paketu, udah gue ulek lo jadi sambal matah!"

Saat Ambar akan kembali berbicara, suara dingin Jino menghentikannya.

"Duduk, Zan." Fauzan langsung berjalan mundur dan duduk ditempat semula, walaupun mulutnya berkomat kamit dan mendumel tak jelas.

Ambar tertawa puas melihat perubahan wajah Fauzan.

"Lo juga duduk, Ambar. Gue belum selesai ngomong sama lo."

Ambar langsung membungkam mulutnya dan mau tak mau menuruti Jino karena ia juga sebenarnya takut dengan tatapan elang cowok itu.

"Jino mau ngomong apasih? Dari tadi Jino ngga ngomong deh perasaan, malah ngeliatin Ambar terus." mata Ambar memperhatikan pipi kiri Jino yang sedikit lebam karena pukulan seseorang yang tak Ambar ketahui namanya.

"Jino marah karena Ambar balikin dompet Jino tadi? Tau gitu Ambar rampok aja isi-isinya!" Ambar menyilangkan kedua lengannya, karena merasa kesal sekaligus serba salah.

Jino masih bergeming, Dero yang paham kalau sang ketua sedang dalam mode menahan amarah langsung berdehem pelan, "Ambar, tadi lo yang tiba-tiba nyamperin Jino itu salah. Itu bisa aja bahayain lo, apalagi lo lagi ham--"

"Ambar ngga salah disini! Tujuan Ambar kan baik cuman mau balikin dompetnya Jino!" kini napas Ambar menggebu, karena rasa kesalnya meningkat.

"Bukan gitu, Bar. Tadi tuh Jino lagi ngadepin musuhnya. Jadi kita semua sebenernya tadi hampir mau tawuran." Dero mencoba untuk memberi pengertian walaupun ia juga merasa kesal dengan kebebalan Ambar.

"Nah berarti itu salah kalian dong! Masih jam pelajaran kok malah mau tawuran. Kalo mau tawuran tuh jadwalin pas pulang sekolah kek, dan jangan di area sekitar sekolah. Kalo fasilitas sekolah rusak, emang kalian mau ganti?"

"Jino bahkan bisa ganti lebih dari yang seharusnya, cewek gembul!" Fauzan yang masih gregetan ikut menimpali.

"Enak banget ya, ngerusak ganti, ngerusak ganti. Dasar cowok pada sok jagoan!"

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang