Dikamarnya, Ambar merasa tak tenang. Bayangan menu hot fire chicken terus memenuhi isi kepalanya sedari tadi. Ambar memang sempat menonton beberapa vlog tentang kuliner di youtube salah satunya tentang mukbang ayam terpedas. Entah mengapa, saat menontonnya membuat Ambar sangat merasa lapar dan air liurnya seperti akan menetes.
Bisa saja Ambar pergi keluar untuk membeli, namun rasa magernya juga tengah melanda. Jadi ia lebih memilih untuk menunda keinginannya itu dan mencoba untuk tidur karena hari sudah menjelang malam.
"Duh, kenapa sih? Biasanya Ambar kan cepet tidur! Dari tadi kok ngga ngantuk-ngantuk," rutuknya pada diri sendiri.
Ambar meraih ponselnya dan menelpon Tata. Mungkin dengan telponan bersama Tata bisa mengundang rasa kantuknya. Namun Tata tak kunjung mengangkat panggilannya, Ambar menduga kalau Tata sudah tertidur lelap.
"Tata kebo! Masa jam segini udah tidur! Kan Ambar ngga ada temen, hiks..." Ambar tiba-tiba menjadi mellow.
Kedua orangtua Ambar yang memang jarang berada dirumah membuatnya sering merasa kesepian karena pekerjaan adalah segalanya bagi mereka berdua, jadi Ambar tak begitu terlalu diperhatikan oleh orangtuanya. Alhasil, Ambar hanya berdua di rumah bersama ART-nya.
"Ck, udahlah. Ambar pergi cari makan aja!"
Ambar mengambil uang selembaran berwarna merah sebanyak tiga lembar di dompetnya, lalu memasukannya ke dalam saku piyama tidurnya, tak lupa Ambar meraih ponselnya dan pergi keluar rumah dengan langkah pelan, karena takut ART-nya terbangun.
Karena jarak resto fast food tak jauh dari rumahnya, Ambar lebih memilih untuk menggunakan sepedanya.
Setelah sampai di resto, Ambar langsung masuk dan memesan paket ayam dengan saus berlevel pedas yang sedang, juga beberapa menu tambahan lain, seperti french fries, cake of cup, dan beberapa minuman juga.
Setelah selesai membayar, Ambar memilih duduk sambil menunggu dengan menopang dagu. Ia melihat kearah luar resto yang hanya terhalang kaca bening.
KRETTT...
Suara kursi yang digeser membuat Ambar membelalakan matanya, karena ia melihat seseorang tengah duduk didepannya.
"Hai, lo Ambar kan?" tanya cowok itu yang dijawab Ambar hanya dengan anggukan pelan, otaknya mengingat-ngingat siapa cowok yang ada didepannya saat ini. Namun Ambar tetap tak mengenalinya.
"Gue Zaidan, temen Jinovar kalo lo bingung."
"Ah--ya. Sorry, Ambar ngga tau. Kenapa?"
"Ngga, kebetulan gue lagi pesen makanan dan liat lo duduk sendirian. Lo juga lagi pesen?"
Ambar kembali mengangguk lalu menjawab, "iya, Ambar pesen juga."
"Oh gitu. Makan disini?" Zaidan kembali bertanya, "iya, buat makan disini."
Zaidan mengangguk, karena tak punya bahan obrolan lagi, keduanya saling memilih untuk diam.
"Emm--Zaidan kan temennya Jino, kalo boleh tau Jino lagi dimana?" entah kenapa, pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di benak Ambar dan langsung saja terlontar tanpa bisa ia tahan.
Setelah menyadari pertanyaannya, Ambar tersenyum kikuk, sedangkan Zaidan terkekeh lucu, "Jino lagi di basecamp. Gue pesen makan ini juga buat dibawa kesana kok, lo mau ikut? Siapa tau kangen sama Jino."
Mata Ambar melebar, ucapan Zaidan yang terlalu blak-blakan malah membuat wajahnya terasa memanas karena blushing.
"E--ngga deh, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...