Jangan lupa ramaikan kolom komentar, biar Nunu upnya cepet hehe👌
Happy reading☺
🐥🐥🐥
"Mamm...mammm....bfftt..."
"Ppa...nan...mmma...."
Ambar terkekeh lucu melihat ocehan kedua putri kembarnya yang kini sudah berusia lima bulan.
Kedua anak itu tengah dibaringkan di ranjangnya yang berukuran besar.
"Kak Zea, jangan dimakan kaki kamunya, Sayang." Ambar sudah kesekian kalinya memeperingati anak sulungnya itu agar tak selalu mencemili jari kakinya sendiri. Entahlah kebiasaan Zea memang sering membuatnya geleng-geleng kepala.
"Brftttt...mma...dda..."
Ambar tekekeh lalu menciumi wajah Zea bertubi-tubi, "anak Mama ngomong apa sih? Coba bilang, Ma-ma. Yuk bisa yuk, sekuy. Gaskeun Kak."
"Aaaa...bbbaa...Mmaa..."
"Jangan mainin ludahnya Kak, coba bilang Ma-ma dulu. Ayok kamu pasti bisa, kalo ngga bisa-bisa nanti Mama ruqiyah, mau?"
"Huwaaaaa..."
Suara tangisan itu bukan berasal dari Zea, melainkan dari adik kembarnya yang baru saja membuang dotnya dari mulut.
"Adek kok nangis? Kan Mama ngancem Kak Zea, bukan Zeva, Nak."
Bukannya mereda, tangis Zeva malah makin mengencang, hingga membuat wajah bulat itu memerah.
"Hiihhhmiii..." biasanya kalau anak kembar satu nangis, yang lainnya ikut menangis, namun beda halnya dengan Zea, anak itu malah tertawa cekikikan dengan suara khas bayinya. Seolah tangisan adiknya adalah hiburan yang lucu.
"Kak Zea, gitu ya? Seneng liat adeknya nangis? Iya?"
"Khiii...mmam..."
Ceklek.
"Adek kenapa nangis?" Jino yang baru pulang dengan setelan kantornya membuat Ambar bernapas lega.
Jino mengambil alih Zeva dari gendongan istrinya, menimang putrinya itu sambil menepuk pelan punggung Zeva penuh sayang, dan ajaib. Tangis Zeva lansung mereda saat berada dalam gendongan papanya.
"Emang deh, Jino jago soal bikin Zeva berhenti nangis." Ambar mengelus dadanya tenang, "dulu Kak Zea yang hobi banget nangis, apa-apa ditangisin, sekarang giliran adeknya. Untung ngga dua-duanya. Bisa pusing tujuh putaran Ambar."
Jino tersenyum tipis melihat Ambar yang sering menggerutu seperti sekarang.
"Ppa...mam...nynyaaa..."
Fokus Jino teralih ke bayi berisik yang tengah menghentak-hentakan kakinya keudara disertai ekspresi gregetnya.
"Jangan bilang Kak Zea minta digendong Papa juga? Jangan ya Nak, nanti Papa bisa encok pinggangnya kalo harus gendong kalian barengan."
"Produksi anak berjam-jam aja aku masih kuat loh, kalo kamu lupa, Sayang." Jino tersenyum sinis, seolah tengah menyindir Ambar. "Bahkan berat badan mereka digabungpun, ngga bisa ngalahin berat badan emaknya."
Ambar mengerucutkan bibir, lalu matanya kembali fokus pada Zea yang tengah menatap kedua orangtuanya bergiliran seolah tengah serius menonton tayangan seru.
"Anak Mama wangi banget sih, hm?" Ambar mengendus leher Zea, menghirup dalam aroma khas bayi yang menyeruak. Zea yang merasa geli karena ulah mama-nya langsung tertawa renyah dengan kedua tangan yang menjambak rambut Ambar sebagai pelampiasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...