J • 7

28K 2K 208
                                    

"Ngga tau. Dia tiba-tiba nangis kejer pas liat muka gue." Jino membekap mulut Ambar agar suaranya dapat didengar teman-temannya.

Ambar menggigit tangan Jino yang membekap mulutnya, "Ambar sesek! Jino mau bunuh Ambar?"

Saat Ambar berdiri dan setengah berlari untuk keluar dari kamar itu, dengan gesit Jino kembali menarik lengan Ambar dan mengintruksikan teman-temannya untuk menutup pintu.

"Lepasin ih!" Ambar terus memberontak, Jino telah membuat mood nya benar-benar hancur. Untung perutnya sudah terisi.

Jino mendudukan Ambar diatas ranjang empuknya, "lo tenang dulu. Gue ngga maksud bentak lo tadi."

Walaupun Ambar sudah tak terisak, namun wajahnya masih terlihat kesal.

"Jino, Ambar mau jus apel," dengan sekejap raut wajah Ambar berubah menjadi memohon.

"Ap--apa? Jus apel?"

"Iya. Ambar mau jus apel!"

"Tapi disini ngga ada apel," Jino menjawab dengan nada pelan, karena takut ucapannya kembali membuat Ambar menangis.

"Beli aja, yuk?" ajak Ambar yang langsung menarik lengan Jino.

Jino yang hendak menolak, akhirnya pasrah dan mengangguk karena merasa tak tega. Mereka berdua keluar dari kamar, disuguhkan dengan lima pasang mata yang sedang menatapnya penasaran.

"Kalian ngga baku hantam di dalem kan?" tanya Dero yang melihat Jino dan Ambar bergantian.

"Kok baku hantam sih? Orang Ambar sama Jino mau beli jus apel. Ada yang mau nitip?"

Teman-teman Jino tengah menatap Jino meminta penjelasan, Jino hanya mengangkat bahunya acuh.

"KOK NGGA DIJAWAB SIH AMBAR NANYA?!" teriakan Ambar sukses membuat telinga mereka mendengung sakit. Mereka dibuat heran dengan sikap Ambar yang tiba-tiba menjadi galak, berbeda saat pertama datang tadi yang terlihat malu-malu. Memang dasar cewek!

"En--engga! Kita ngga nitip apa-apa. Kalian aja hehe," Fauzan menjawab dengan perasaan was-was. Dalam hati, cowok itu merapalkan sumpah serapah atas ulah Ambar yang telah membuat harga diri cowok ZELVAGOS langsung jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Yaudah kalo gitu bagus, ayok Jino!" Ambar menarik lengan Jino untuk beranjak pergi. Saat melihat Jino dan Ambar hilang dibalik pintu utama, mereka menghembuskan napas lega.

"Galak banget buset. Untung jantung gue ngga minggat dari tempatnya," celetuk Zio lalu diangguki yang lainnya.

"Bener, kok gue serem sih liat si Ambar? Kayak nenek sihir yang keilangan sapu terbangnya," timpal Fauzan yang membuat mereka semua tertawa lucu membayangkan Ambar menjadi nenek sihir.

"Sssttt lo pada jangan gitu, mungkin karena efek kehamilannya kali. Makanya Ambar jadi galak," Zaidan menengahi walaupun dalam hatinya ia sama-sama merasa horror dengan perubahan sikap Ambar.

"Beda lah yang sering buntingin cewek mah, hapallll bener ye Dan," Rezel merangkul bahu Zaidan dengan seringaiannya.

"Sembarangan! Gue tau karena tante gue juga dulu gitu."

"Halah si Rezel sok soan nuduh Zaidan, padahal lo sering cerita ke gue kalo lo sering kelupaan pake kondom pas lagi mantap-mantap, yakan Zel?"

"Zan jangan fitnah ya! Otong gue masih suci, ngga ngerti begituan!"

"Zin jingin fitnih yi!" Fauzan mengulang ucapan Rezel dengan nada mengejek.

"Kan ada lagunya buat Rezel mah, mau denger ngga?" tanya Zio dengan tampang jenaka. Mereka semua mengangguk antusias, siap mendengar suara merdu Zio yang pernah menang lomba nyanyi di komplek rumahnya.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang