J • 13

25.1K 2K 309
                                    

Absen dulu sesuai zodiak kalian yukkk👉👉

Happy reading!

🐥🐥🐥

"Makasih ya, Jino. Udah anterin Ambar pulang. Sekarang Jino pulang aja, hehe."

Jino memutar bola matanya, "ngusir gue?" yang dijawab Ambar dengan gelengan, "engga. Kan emang Jino harus pulang. Emang Jino mau nginep disini?"

"Hm, boleh juga tawaran lo," Jino tersenyum miring dan menghampiri Ambar dengan kedua tangan yang tenggelam di saku jaketnya.

"Ji--Jino ma--mau ngapain?" Ambar yang sedikit waswas saat langkah Jino semakin mendekat, apalagi saat ini mereka tengah berada di depan gerbang rumah Ambar.

Sebuah klakson mobil yang nyaring membuat Jino dan Ambar menoleh ke asal suara, yang mana disaat yang sama Ambar merasa kalau sebentar lagi hidupnya akan tamat.

"Ji--Jino, geserin mo--motornya. Mo--mobil papa mau le--lewat." Jino menatap aneh saat Ambar berbicara dengan terbata-bata. Namun tak urung, Jino tetap memundurkan motornya, hingga gerbang besar tersebut dibukakan oleh Ambar.

"Orangtua lo?" tanya Jino sambil matanya melirik mobil hitam yang baru terparkir di garasi rumah.

"Ii--iiya, Ji--Jino pulang sekarang! Ambar harus masuk! Udah sana!" Ambar mendorong dada Jino yang mana membuat Jino semakin merasa aneh juga kesal disaat bersamaan.

Jino melihat Ambar yang nampak berlari terburu-buru, yang mana seorang lelaki berusia sekitar kepala empat baru saja keluar dari mobil, mata lelaki itu langsung bertubrukan dengan mata Jino setelah menutup pintu kemudinya.

Aura tak bersahabat dapat Jino rasakan saat lelaki dengan setelan jas mewah itu menghampirinya, matanya menatap Jino dengan tajam bak musuh yang siap bertempur.

"Beraninya anak itu bawa laki-laki ke rumah," suara dingin lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah papa Ambar membuat Jino langsung tau, kalau orang didepannya bukan orang biasa.

Namun, Jino berusaha untuk tetap tenang dan tak terusik sedikitpun dengan tatapan papa Ambar yang tak ia ketahui namanya.

"Saya Jinovar. Dan tadi saya cuma nganter anak om pulang."

Seringaian miring yang didapat Jino sebagai jawaban membuat kebingungan Jino bertambah.

"Dengar anak muda, jauhi Ambar! Jangan pernah berani dekati dia. Atau saya habisi kamu! Paham?!"

Jino terkekeh pelan, seolah ancaman yang baru didengarnya hanyalah lelucon semata.

"Ngga ada alasan saya harus jauhi anak om."

Ada guratan tak suka saat lelaki itu mendengar jawaban Jino yang terkesan meremehkannya.

"Kamu berani sama saya?! Ah--ternyata kamu yang sudah membuat anak itu jadi anak pembangkang?! Dasar bocah tak tahu malu."

Kedua telapak tangan Jino terkepal kuat, tangannya sudah sangat gatal ingin melayangkan bogeman pada lelaki yang baru saja mengatainya 'bocah' itu. Namun Jino masih harus menahannya karena bagaimanapun orang itu adalah papanya Ambar yang mana akan menjadi orangtuanya juga nanti.

"Ingat apa kata saya! Jauhi anak itu! Atau kamu bakal mati!" lelaki itu langsung menutup rapat pintu gerbangnya dan Jino sempat mendengarkan teriakannya, "JANGAN PERNAH KAMU MENAMPAKAN WAJAH KAMU DIRUMAH SAYA LAGI!" yang Jino yakini ucapan itu ditujukan padanya.

Suara yang begitu menggelegar membuat Jino mengeratkan rahangnya kuat. Ia sama sekali tak terusik dengan ancaman papa Ambar, namun ada rasa khawatir yang kini menyelimuti perasaan Jino.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang