J • 48

19K 1.6K 354
                                    

Jangan lupa ramaikan kolom komentar.

Happy reading☺

🐥🐥🐥

Bukan hanya seisi ruangan itu yang kaget, wajah Bagas pun ikut menegang saat matanya bersitatap dengan Izel dan Andra.

Bagas berdehem pelan, lalu menutup pintu agar tak ada orang luar yang mendengar percakapan mereka.

"Lo bilang apa tadi, Gas? Ambar anak lo?!" tanya Andra dengan nada yang tak sabaran dan juga penasaran.

Bagas kembali menatap wajah Ambar, "y-ya. Dia anak gue, Ndra."

Wajah Ambar berubah pias, tangannya yang tengah digenggam Jino langsung mencengkram tangan suaminya itu. Jino yang merasakan cengkrama Ambar ditangannya langsung mengusap pelan punggung Ambar.

"Om yakin Papanya Ambar? Kalo iya, kenapa Om baru datengin anak Om sekarang? Kemana Om selama ini?" tanya Jino penuh selidik. Pertanyaannya itu seolah mewakilkan Ambar yang masih mencerna apa yang tengah terjadi.

Bagas menghela napas, "Om selama ini ngga tau kalo Om punya anak. Kirana ngga pernah ngomong jujur kalo dia hamil anak Om. Selama ini Om ngira kalo Ambar ini adalah anak hasil dari pernikahan Mama Ambar dan suami sah-nya. Om baru tau ini semua karena Kirana baru mau ngomong jujur pas Om nemuin dia di penjara. Setelah berita kematian suaminya menyebar luas, Om emang berniat nemuin Kirana dan nyari tau apa yang sebenarnya terjadi, ngga pernah nyangka kalo..." Bagas menghentikan penjelasannya dengan mengusap wajahnya kasar. Ada rasa marah yang timbul untuk dirinya sendiri atas semua kisah masa lalunya yang ternyata tak pernah ada kata selesai.

"Gas, sumpah gue ngga nyangka lo Papanya Ambar." Izel yang baru membuka suara saat memindahkan Jayden kepangkuannya karena anak itu menangis.

Nana langsung mengambil alih anaknya, dan sekalian undur diri untuk keluar dari ruangan tersebut bersama Fares, karena dirasa mereka tak terlalu berhak tau atas percakapan yang sedang berlangsung.

"Ternyata ngga cuma masa lalu gue aja yang brengsek ya Gas?" Andra menyeringai lebar melihat wajah frustasi Bagas.

Bagas tak menghiraukan sindirian Andra, fokusnya masih berpusat pada Ambar yang sedari tadi memilih bungkam.

"Ambar..." panggilnya dengan suara lirih. Ambar memejamkan matanya untuk beberapa saat, wajahnya yang semula menunduk kini perlahan terangkat.

Air mata Ambar lolos begitu saja, tubuhnya gemetar hebat, tak menyangka akan pertemuannya dengan seseorang yang membuatnya hadir ke dunia. Bohong kalau selama ini Ambar tak penasaran tentang ayah kandungnya. Ia tak pernah berani bertanya padan mamanya karena takut pertanyaannya akan melukai hati sang mama.

"Boleh Papa peluk kamu, Nak?" tanya Bagas yang sudah tak kuat melihat raut sedih anaknya. Jino yang seolah paham akan situasi, sedikit menjauh dari tubuh Ambar dengan gerakan pelan, bahkan Ambar tak menyadari kalau genggaman tangannya pada Jino sudah terlepas.

Tubuh Ambar membeku saat merasakan pelukan hangat dari seseorang yang beberapa menit lalu mengaku sebagai ayah kandungnya.

Jantung Ambar bergemuruh hebat, tatkala perasaan baru yang tak pernah ia rasakan sebelumnya muncul begitu saja.

"Maafin Papa ya Nak, maaf..." Ambar dengan cepat membalas pelukan Bagas. Wajahnya ia tenggelamkan di bahu pria itu agar suara tangisnya samar.

Bagas semakin mengeratkan pelukannya pada Ambar, air matanya juga ikut menetes tanpa diminta. Rasa bahagia yang membuncah tak bisa ia sembunyikan saat melihat wajah darah dagingnya sendiri yang selama ini tak ia ketahui.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang