Absen sesuai ukuran no sepatu kalian disini yukk👉👉
🐥🐥🐥
Jino telah menyuruh anggota lain untuk bubar dan pulang kerumah mereka masing-masing, kecuali kelima temannya yang merupakan anggota inti, ditambah keberadaan tiga cewek diantara mereka.
Mata Jino masih tak lepas menatap tajam Dero yang telah bersikap keterlaluan menurutnya, sedangkan yang ditatap masih betah untuk diam. Semuanya tak berani berbicara saat melihat aura dingin Jino yang tengah mencoba menetralkan emosinya.
Ambar yang sedari tadi risih dengan suasanya hening akhirnya membuka suara, "pada ngambek ya, gara-gara Ambar teriak bilang polisi?"
Nana berdecak, "yakali Bar, kalo aja kita tadi ngga bunyiin video sirine, muka mereka udah pada babak belur! Lagian lo juga sih dek--maksud gue Ji. Kenapa permusuhan lo sama mereka ngga selesai selesai sih?!"
Jino memiringkan kepalanya kekanan kiri, merenggangkan ototnya agar bisa lebih rileks, "selesai? Bahkan sampe matipun gue ngga akan pernah maafin si Darga bangsat itu!"
"Darga? Yang ngatain Ambar cebol tadi kan, Jino? Sama! Ambar juga ngga mau maafin si tuyul itu!" Ambar menyilangkan kedua tangannya dengan dada yang sedikit membusung, menunjukan rasa kesalnya.
"Dih, nimbrung." sinis Fauzan melirik Ambar sekilas dengan bibir yang bergerak nyinyir.
"Lo ngapain sih kak kesini? Panjang urusannya kalo Bang Fares tau. Males gue jelasin ke dia ntar."
Nana menghela napas saat melihat adiknya itu sedang badmood. "Ya lo ngga perlu bilang Fares, kan gampang."
Jino tersenyum meremehkan lalu meperlihatkan layar ponselnya ke depan wajah Nana, "Bang Fares udah nanyain lo ke gue, dan nelponin gue berkali-kali. Masih bisa lo bilang gitu dengan entengnya?"
"Jino ribet deh, bilang aja ke abang kalo kak Nana lagi sama Ambar jajan cilor. Kenapa harus dibikin pusing?" Ambar tak terima saat Nana malah disalahkan.
"Dengan kalian berdua yang pake motor gue tanpa izin orang rumah? Bahkan bunda sama ayah ngga tau kan kalian keluar?"
Skakmat!
Nana dan Ambar saling bersitatap, pertanyaan Jino terdengar seperti sebuah pernyataan di telinga mereka karena tepat sasaran. Mereka berdua diam-diam keluar rumah karena sama-sama merasa lapar dan menginginkan jajanan luar. Nampaknya anak mereka tengah menginginkan hal yang sama.
"Ya--ya karena kan bunda sama ayah udah tidur Ji. Fares juga kan belum pulang karena harus ke RS dulu." Nana menjelaskan dengan alasan yang tak sepenuhnya bohong. Karena ia dan Ambar memang tak berniat memberitahu Izel dan Andra yang tengah tertidur pulas, juga Fares yang tengah sibuk karena akan mengambil program koas di salah satu Rumah sakit terbesar di ibukota.
Jino hanya diam, tak berniat menjawab apapun lagi. Karena ia merasa percuma jika berdebat dengan Nana yang memang keras kepala, apalagi kakaknya itu kini mempunyai senjata tambahan--Ambar, yang nampaknya siap untuk menjadi tamengnya.
"Mungkin maksud Jino itu dia khawatir atas kedatangan kak Nana sama Ambar ke markas kita, bisa aja Darga jadiin kalian sasaran empuknya. Yang jadi masalahnya kalian itu cewek, apalagi posisinya sama-sama lagi hamil. Kita lagi berantem, siapapun bisa kena sasaran termasuk kalian." Zaidan mencoba menengahi perdebatan ketiga orang itu.
"Oke, gue minta maaf karena kita berdua tiba-tiba dateng ke tengah-tengah kalian. Tapi gue ngga nyesel, karena tadi gue berhasil ngehajar orang yang udah bikin hidup adik gue hancur." Jino menatap lekat wajah Nana yang menunjukan rasa kepeduliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...