J • 39

21.9K 1.6K 637
                                    

Absen dulu sesuai sama mata pelajaran yang paling kamu suka, yukk👉👉

Jangan lupa vomment❤

Happy reading☺

🐥🐥🐥

Saat ini kedua pasangan suami istri tengah menikmati acara jalan-jalan mereka. Kuliner malam ceritanya, atas permintaan dua bumil kakak beradik itu, ya, siapa lagi kalau bukan Ambar dan sang kakak ipar, Nana.

Sedangkan para suami mengawasi istri mereka dari belakang, yang mana keduanya seringkali meneriaki kecerobohan Ambar maupun Nana yang sering tak memperhatikan langkahnya.

"Kalo gue liat perut istri lo lebih besar dari perutnya Bona, bukannya usia kehamilan Bona lebih tua ya?"

Jino memperhatikan Ambar dan Nana bergantian, yang mana tatapannya mengarah kedua perut yang Fares maksud.

"Ambar emang hobi makan segala, Bang. Dia juga jarang ngalamin morning sickness kayak yang dokter sering bilang."

Fares menghembuskan napasnya, "beda banget sama kakak lo yang makin rewel kalo semenjak hamil. Sama makanan aja pilih-pilih, gue sampe pusing dibuatnya."

Jino terkekeh, ia memang sudah tau tentang hal itu karena Izel yang pernah memberitahunya dengan tidak sengaja saat mereka tengah random talk.

"Lo sibuk banget sih Bang, jadi kak Nana sering caper dan ngerewelin lo terus."

Ucapan Jino membuat Fares tersenyum getir, "kalo gue tau gue bakal sesibuk ini, dulu gue ngga akan masuk FK, Ji. Waktu kebersamaan sama Bona lebih berharga. Tapi udah terlanjur juga, jadi percuma kalo gue nyesel sekarang."

Jino mengangguk paham. Sifat Jino yang tak jauh beda dengan sifat Fares membuat keduanya seperti teman akrab. Fares yang sering cerita tentang sifat Nana membuat obrolan panjang lebar pun sering mereka lewati.

"Semua ada saatnya Bang, kesibukan lo bakal terbayar dengan kebahagiaan lo nanti. Ngomong-ngomong soal sibuk, gue juga kayaknya bakalan ikut sibuk dalam waktu dekat ini."

"Palingan juga lo sibuk nongkrong sama balapan. Ya kan?"

"Bukan, elah. Gue mau mulai kerja di kantor Ayah."

Kini tatapan Fares yang semula fokus kedepan teralih kesamping, "serius? Lo udah sesiap itu emang?"

Jino menggedikan bahunya, "siap ngga siap, gue harus siap sih. Bukan waktunya santai-santai lagi sekarang."

Fares tersenyum, "gue yakin, lo bakal cepet belajar Ji. Calon pewaris Dimitri harus hebat!"

Jino berdecak pelan, "kalo lo ngga jadi dokter mungkin lo yang bakal pewaris perusahaannya Ayah, Bang."

"Untung gue masuk jadi dokter, seenggaknya beban kerja kita bisa sama rata sekarang. Ya ngga ipar?" kedua alis Fares naik turun yang mana membuat Jino berdecak namun diselingi tawa.

Sedangkan dari jarak mereka, kedua makhluk yang tengah berbadan dua itu tengah memperebutkan sesuatu yang mana diantara keduanya tak ada yang mau mengalah.

"Kan kaki Ambar duluan yang sampe sini, berarti Ambar dong yang dapetin porsi terakhir dari kerak telor si amangnya!"

"Ngga bisa gitulah! Kan gue yang ngasih tau lo kalo ini penjual kerak telor langganan gue. Lagian kan waktu itu, lo udah lancang nyomot kerak telor gue yang dibeliin Ayah! Dan sekarang sebagai gantinya, yang ini buat gue!"

"Aduh neng-neng, jangan pada ribut disini atuh, amang pusing ieu teh. Udah kerak telornya dibagia dua aj--"

"NGGA MAU!" teriakan Ambar dan Nana yang serentak membuat si tukang kerak telor diam seribu bahasa.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang