J • 14

26K 2K 275
                                    

Absen dulu sesuai warna favorit kalian yukkk👉👉

Happy reading!

🐥🐥🐥

Jino memperhatikan Ambar yang sedang terbaring di brankar rumah sakit. Menatap wajah yang pucat pasi, menandakan kalau kondisinya memang lemah. Tangan Jino terkepal saat perkataan dokter tadi terus bersarang di kepalanya.

"Mohon maaf, apa pasien sering mendapat kekerasan fisik?" pertanyaan dokter tersebut membuat Jino bingung sendiri. Seolah mengerti dengan ekspresi Jino, dokter tersebut kembali menjelaskan.

"Begini, kondisi pasien lemah termasuk janinnya yang memang rentan karena usia kehamilannya masih tergolong muda. Pendarahan pasien terjadi karena pasien terlalu stres dan banyak bergerak. Selain itu, dipunggung pasien juga terdapat luka memar seperti bekas pukulan yang terbilang cukup banyak, dan luka memar itu ada yang sudah mulai memudar dan ada juga yang masih nampak jelas."

Rahang Jino mengatup rapat saat tahu kondisi Ambar yang sebegitu parahnya. Jino juga tak pernah melihat gelagat mencurigakan Ambar yang menunjukan kalau gadis itu sering mengalami kekerasan fisik.

TOK!

TOK!

Pintu ruang inap Ambar terbuka yang mana menampilkan Dero dan Fauzan baru memasuki ruangan dengan langkah gontai dan penampilan yang cukup kacau.

"Gimana?" tanya Jino dengan nada dingin karena masih menahan emosinya.

"Ji, ini bener-bener gawat! Bukan masalah sepele lagi!" Fauzan mengusap kasar wajahnya yang membuat Jino penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ck, cerita!"

"Ji, tadi pas kita semua masuk ke rumah Ambar, ngga lama kemudian mobil polisi datang. Dan lo tau? Didalem rumah Ambar dan disana satu ruangan yang entah namanya ruang apa. Ada mayat lelaki yang udah berlumuran darah dengan dua luka tembak di dada dan kepalanya."

Penjelasan Dero membuat Jino melebarkan matanya terkejut.

"Dan lo tau Ji? Mayat lelaki itu ternyata papanya Ambar, Rendi Abraham Clavos, salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Lebih mengejutkannya lagi, yang jadi pelaku pembunuhan itu adalah Karina Clavos, yang mana istrinya sendiri, berarti mamanya Ambar." Fauzan menambahkan.

Boom!

Bagai disambar petir disiang bolong, Jino benar-benar tak menyangka tentang kejadian yang baru saja didengarnya.

"Kalian ngga lagi becandain gue kan?"

"Nggak lah! Kita ngga segila itu buat becanda di situasi genting gini, Ji."

"Terus sekarang gimana? Maksudnya kondisi mamanya Ambar gimana?"

"Mama Ambar udah dibawa kekantor polisi. Tadi Zio, Rezel, sama Zaidan ikut kesana buat cari informasi."

Tatapan Jino lalu beralih ke Ambar yang masih tak sadarkan diri.

"Kondisi Ambar sendiri, gimana Ji? Maksudnya tadi kan kita liat dia pendarahan. Apa anak lo--"

"Janinnya ngga papa, cuma emang lemah karena usia kandungannya masih muda dan rentan, jadi dia harus bener-bener bedrest beberapa hari kedepan."

Dero dan Fauzan mengangguk dan bernapas lega karena intinya keadaan Ambar baik-baik saja.

"Kalo gitu, kita berdua tunggu diluar aja ya, Ji?"

Jino kembali menatap kedua temannya, "kalo lo pada mau balik, balik aja."

"Ngga, kita bakal tetep jaga didepan nunggu lo."

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang