J • 51

17.2K 1.6K 264
                                    

Jangan lupa ramaikan kolom komentar☺

🐥🐥🐥

Ambar tersenyum senang saat kakinya berjalan masuk kedalam kantor sang suami sambil tangannya menenteng rantang makanan untuk makan siang bersama Jino, mumpung sikembar lagi dirumah Oma Opanya.

Ambar memang baru duakali mengunjakan kaki di kantor Jino, pertama kalinya pada saat usia si kembar menginjak dua tahun, dimana itu sudah tiga tahun lalu.

Namun satu hal yang Ambar ingat, yaitu letak ruangan kerja suaminya. Tanpa ragu, Ambar membuka pintu sebelum suara seseorang mengurungkan niatnya.

"Maaf, apa anda sudah membuat janji dengan atasan kami?"

Ambar melihat seorang wanita cantik yang berpenampilan seksi tengah menatapnya penasaran. Sial, Ambar tiba-tiba merasa insinyur--ralat maksudnya insecure saat membandingkan penampilan wanita itu dengan penampilannya.

"Mba--"

"Ah, ya. Belum."

Wanita itu mengangguk, "kalau begitu sebaiknya Anda membuat janji terlebih dahulu dengan Pak Guinandra. Karena beliau sedang sibuk dan tak bisa diganggu."

Ambar sedikit tertegun, Guinandra? Ah iya baru ingat kalau itu adalah nama tengah Jino, suaminya.

"Tapi kan Ambar istrinya. Ngga perlu bikin janji dulu."

Wanita itu langsung mengernyit seolah tak percaya atas ucapan Ambar dengan mata yang memperhatikan Ambar dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

Ambar yang risih langsung membuka pintu ruangan Jino dengan gerakan cepat, sehingga wanita yang menghalanginya tadi langsung terperangah kaget dan menyusul masuk kedalam.

"Pak, maaf saya sudah cegah Mbak ini untuk--"

"Jino, masa dia ngga ngebolehin Ambar masuk buat ketemu Jino?" rengek Ambar yang melihat wanita itu dengan tatapan tak suka.

Jino yang semula tengah membaca berkas langsung berdehem pelan, "Cha, dia istri saya."

"Ap--oh baik Pak. Mohon maaf saya tidak tau. Kalau begitu saya permisi Pak."

Jino mengangguk dan menghampiri Ambar yang tengah duduk di sofa, "kamu kok mau ke kantor ngga bilang aku dulu? Naik apa kesini?"

Ambar menaruh rantang makanan yang ditentengnya diatas meja, "mau nyamperin Jino aja emang ngga boleh? Pantes Jino betah dikantor terus, karyawannya seksi-seksi ngga kayak Ambar."

Jino mengernyitkan keningnya, seolah tak suka atas tuduhan Ambar, "apa maksud kamu ngomong kayak gitu? Ambar, aku kekantor ya murni kerja. Ngga pernah mikirin apapun selain pekerjaan. Dan untuk karyawan seksi-seksi yang kamu bilang tadi, apa hubungannya sama aku? Kamu nuduh aku?"

Inilah perubahan sikap Jino yang sering membuat Ambar sedikit takut, suaminya itu sering berbicara dengan nada tegas. Walaupun Jino tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, namun intonasi bicaranya tak pernah sesantai dulu.

Ambar lebih memilih untuk membuka rantang makanannya, dan mengelap sendok serta garpu dan memberikannya pada Jino, "Jino makan sekarang. Sekarang udah jam makan siang kan?"

Jino menghela napas lalu mengangguk, "kamu juga makan."

Ambar menggeleng, "Ambar udah makan. Buat Jino aja semuanya."

Jino menatap Ambar untuk beberapa detik sebelum menyuapkan makanannya kedalam mulut. "Kamu belum jawab pertanyaan aku. Tadi kesini naik apa?"

"Ojol." jawab Ambar dengan singkat. Mood-nya sedang kurang baik, sehingga Ambar lebih memilih untuk tak banyak bicara.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang