J • 42

19K 1.6K 416
                                    

Jangan males vomment☺

🐥🐥🐥

Ambar baru bangun dari tidur siangnya. Melihat jam yang masih menunjukan pukul setengah dua siang, dimana Jino masih berada disekolahnya.

Ambar memilih untuk cuci muka dan keluar dari kamar. Melihat suasana rumah yang sepi dimana hanya ada ibu mertuanya yang tengah membuat kue di dapur.

"Bunda..."

Izel tersenyum saat melihat Ambar yang tengah berjalan menghampirinya.

"Nyenyak bobonya sayang?"

Ambar mengangguk dan duduk di salah satu kursi meja makan, "kurang nyenyak Bun, ngga bisa sambil peluk Jino soalnya."

Izel terkekeh pelan, "manja ya? Mamanya atau dedeknya yang mau deket terus sama papanya?"

"Dua-duanya dong Bun, kita kan satu tim. Oh ya, Bunda ngga ke toko?"

"Ngga dulu kayaknya, Bunda mau buatin kue buat Ayah, dia lagi pengen red velvet bikinan Bunda."

Ambar mengangguk, "Bunda, dirumah ada pohonnya?"

"Pohon? Ngga ada kalo dirumah ini. Paling dirumah Fares yang samping rumah kita, sama tetangga depan."

"Ambar mau ke depan dulu ya Bun, bentar doang kok."

Izel mengangguk, "kalo pengen apa-apa teriak aja ya? Suara kamu kenceng kan?"

"Kenceng dong, bahkan suara teriakan Ambar bisa bikin semua timun rames punya tetangga berdiri."

Dahi Izel mengkerut, "timun rames? Apa itu?"

Ambar menggeleng sambil menyengir lebar, "yaudah Ambar kedepan dulu ya Bun, hati-hati."

"Bunda yang harusnya bilang gitu ke kamu, Ambar." Izel sedikit berteriak karena Ambar yang sudah berada jauh diluar rumah. Izel hanya menggelengkan kepala, melihat kelakuan menantu ajaibnya.

Sedangkan Ambar mengedarkan pandangannya ke rumah-rumah tetangga sambil menggaruk dagunya yang tak gatal.

"Pohon mangga. Nah itu dia!" Ambar langsung membuka gerbang rumahnya dan berjalan ke rumah tetangga depan yang memiliki pohon mangga besar dengan buah nya yang sudah lebat.

"YUHUUU ASSALAMUALAIKUM, NGGA ADA ORANG???" teriaknya dengan tubuh yang condong ke dalam pagar rumah tetangganya itu, sambil kepala yang celingukan menerawang kedalam jendela.

"Pasti ngga ada orang ni didalem. Ambar masuk aja deh." berhubung pintu pagar itu tidak dikunci, Ambar langsung membukanya dan masuk dengan senyum yang merekah saat melihat buah mangga yang begitu menggiurkan, membuat air liurnya akan menetes.

Karena saat ini Ambar hanya mengenakan daster rumahan bermotif batik dengan panjang selutut, ia sedikit mengangkat baju dasternya untuk bisa naik ke pohon mangga yang tak terlalu tinggi itu.

"Permisi setan, Ambar numpang naik ya, jangan digentayangin. Cuma pengen metik mangga muda doang kok, suer. Janji, pinky promise!" entah didengar si penunggu pohon tersebut atau tidak, yang penting Ambar sudah izin. Ambar merentangkan kedua tangannya keatas, mencengkram sela-sela ranting pohon untuk mempermudah kakinya naik.

Hap.

Berhasil. Ambar memang jagonya dalam hal panjat memanjat pohon, kecuali pohon kelapa, karena ketinggian, mana kalo udah metik buah kelapanya ngga bisa digigit langsung, kan ribet. Nah, kalo mangga ini gampang, cetek lah buat Ambar yang bar-barnya kebangetan.

Kaki Ambar sedikit bergeser ke pijakan ranting besar yang lebih tinggi, menggapai buah mangga yang dekat dari jangkauannya, dan memilih duduk sambil menggenggam buah mangga yang dimimpikannya tadi siang.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang