Tak terasa sudah dua hari Ambar berada di rumah sakit, dan tepatnya hari ini dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang karena keadaanya sudah membaik. Dokter tetap menyarankan Ambar untuk bedrest selama beberapa hari kedepan sampai kondisinya benar-benar fit.
Satu jam yang lalu Ambar dijemput Jino untuk pulang ke rumah orangtuanya setelah cowok itu pulang dari sekolah, dan saat ini Ambar tengah berada di salah satu kamar rumah Jino.
CEKLEK.
Ambar tersenyum saat melihat Izel memasuki kamar dengan membawa segelas teh hangat untuknya dan langsung diterima Ambar dengan senang hati.
"Makasih, bu-bunda." entah mengapa Ambar selalu canggung memanggil Izel dengan sebutan bunda, walaupun hatinya merasa senang.
"Sama-sama. Mulai hari ini Ambar tinggal di rumah ini ya, cantik."
"Ta-tapi kan Ambar punya rumah ..."
Izel tersenyum lalu duduk di tepi kasur sambil memegang punggung tangan Ambar, "rumah kamu belum bisa ditempati karena proses penyelidikan polisi masih berlangsung."
"Bunda. Ambar mau ketemu mama." mata Ambar sedikit berkaca-kaca saat mengingat mamanya. Ambar telah berusaha meminta Jino untuk mengantarnya menemui sang mama. Namun Jino belum mengizinkannya dengan alasan kalau kondisi Ambar masih belum sembuh total.
"Iya, nanti Ambar bisa ketemu mama Ambar kok, tapi ngga sekarang. Ambar harus sembuh dulu, ya?"
Ambar tetap mengangguki ucapan Izel walaupun dalam lubuk hatinya ia merindukan sang mama.
"Yaudah, sekarang kamu istirahat lagi. Kamu harus banyak banyak tidur."
"Ambar capek tidur terus, bunda. Jino sering banget nyuruh Ambar tidur sampe mata Ambar perih karena merem terus." Izel terkekeh lucu mengingat sifat anak lelakinya yang persis mirip Andra, situkang perintah.
"Yaudah, Ambar mau nonton tv ke ruang tengah? Jino juga lagi disana sama temen-temennya."
Teman-teman Jino memang mengantar Ambar dan Jino dengan mengawal mobil Jino sampai rumahnya.
"Iya, Ambar mau kesana. Kalo kak Nana ada bunda?"
Izel menggeleng pelan, "Nana masih dikampus kayaknya. Atau mungkin mampir dulu ke rumah sebelah."
"Maksud bunda kak Nana suka nyasar ke rumah tetangga?"
Izel mencubit pipi Ambar dengan gemas namun tak menyakitinya sama sekali, "bukan, rumah sebelah itu rumah mamanya Fares, yang mana juga mertuanya Nana, besan bunda, gituloh."
Ambar ber oh ria seraya berdiri sambil dituntun Izel untuk ke ruang tengah yang mana kehadirannya membuat Jino dan teman-temannya menoleh ke Ambar.
"Ambar bosen dikamar katanya, kalian ajak ngobrol dia ya? Bunda mau ke belakang dulu, nyiram bunga." Izel tersenyum menatap keenam remaja yang tengah duduk di sofa, termasuk Jino.
"Siap bunda!" jawab mereka serentak, membuat Ambar sedikit tersentak karena kaget.
"Duduk, cewek gembul." Ambar menatap sinis Fauzan. Sekarang Ambar sangat hapal nama-nama kelima teman Jino karena sering melihat mereka.
"Gimana keadaan lo, bumil?" Zaidan bertanya hangat pada Ambar yang membuat wajah masam Ambar berubah cerah, "gini aja, Ambar tetep cantik, ngga berubah." jawabnya diselingi kekehan, bermaksud untuk bercanda.
Semua ikut tertawa dengan kepedean Ambar, kecuali Jino dan Fauzan.
"Bener lo cantik, apalagi karena codet di pipi lo. Whoaaa," Fauzan kembali nyeletuk membuat Zio yang berada disampingnya menggeplak kepala si cowok eksotis itu. "Ish, cowok nyinyir!" kesal Ambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...