J • 16

25.6K 1.7K 252
                                    

"Tuh liat menunya, mau seblak apa Ji? Lo pilih sono," Fauzan mendengus saat Jino hanya menggedikan bahu dengan kedua alis tebalnya yang curam, "pilihin aja sama lo. Gue ngga tau." perintahnya pada Fauzan.

Fauzan berjalan menghampiri kedai seblak dengan bibir menggerutunya. Bagaimana tidak? Ia yang tadi paling kencang menertawakan kegoblokan Jino yang tidak mengetahui dunia perseblakan malah langsung kena azab yang mana ia ditunjuk langsung oleh Ambar untuk mengantar Jino, karena Jino masih melarang cewek itu untuk keluar rumah.

Alhasil, Fauzan menyusuri jalanan dan mencari penjual seblak yang ramai pembeli, karena prinsipnya dalam membeli makanan yaitu rame = enak! Dan disinilah mereka berdua sekarang. Menunggu antrian panjang yang entah selesai sampai kapan. Saat Fauzan disuruh mencatat pesanan oleh penjual, ia bingung dengan daftar menu seblak yang terlalu bervarian.

Fauzan melirik Jino yang masih duduk manis dimotornya, lalu berteriak hingga membuat keramaian pembeli langsung berpusat padanya.

"JI? LO PILIH YA! ADA SEBLAK KERUPUK TULANG, SEBLAK KERUPUK CEKER, SEBLAK KERUPUK SIOMAY, SEBLAK KERUPUK BAKSO, SEBLAK KERUPUK SPESIAL?"

Jino turun dari motornya dengan kesal karena teriakan Fauzan yang malah membuat orang-orangnya heboh, yang mana kebanyakan dari mereka adalah para remaja cewek.

"Apa ajalah! Pusing gue!"  jawab Jino dengan nada frustrasi.

"Yeee pusing-pusing! Apalagi gue, mana tadi kita lupa lagi ngga nanyain tu cewek codet mau seblak apa."

"Semuanya aja borong Zan. Biar ngga bingung."

"Gila lo! Tapi ya ada benernya juga sih, biar kita ngga bolak balik sini."

Fauzan lalu bertanya pada si ibu penjual, "bu, saya pesen menu semua seblak kerupuk yang ada disini ya?"

Si ibu penjual melirik Fauzan sekilas karena tengah sibuk dengan spatula dan katelnya. "Catet aja mas, biar ngga kelewat pesanannya."

Fauzan menganga lebar, "yakali bu! Kalo nyatet semua kepanjangan, tangan saya pegel! Udah mending ibu inget-inget aja muka saya, terus inget juga pesanan saya yang paling banyak! Oke?! Saya tunggu. GPL!"

Walaupun si ibu penjual merasa gondok, namun ia tetap menganggukinya sambil mengingat wajah Fauzan, "pedes ngga mas?"

"Terserah ibu ajalah asal masih bisa buat dimakan," jawaban Fauzan membuat Jino berdecak dan segera meralatnya, "jangan terlalu pedes bu."

"Yeee si kakak marah-marah mulu. Kita daritadi yang antri juga sabar kali!" cerocos salah satu pembeli cewek yang mendengar nada bicara Fauzan.

"Tau tuh, kalopun kakak manis tapi tetep harus ngantri dong kak," timpal teman disampingnya.

"Gantengan juga kakak yang sebelahnya." racun yang lain.

"Iya, cakep, kalem lagi, ngga kaya kakak itu, cerewet." nah ini yang paling ngeselin.

Fauzan tak terima dengan para pembeli geblek yang malah mencemoohnya. "Dahlah, aing salah mulu dimana-mana. Gara-gara lo nih Ji! Malah gue yang kena demo!"

Jino terkekeh, lalu menepuk bahu Fauzan, "tenang, gue bayarin SPP lo bulan depan."

Mata Fauzan langsung berubah cerah, "serius, Ji?" setelah diangguki ia langsung memeluk Jino saking senangnya. Jino yang merasa risih, langsung menghempaskan tangan Fauzan tanpa belas kasihan.

Dan setelah menunggu selama setengah jam, pesanan mereka pun telah selesai dibuatkan. Jino dan Fauzan langsung kembali ke rumah.

Jino yang masuk lebih dulu langsung mendapat teriakan dari Fauzan yang dibelakangnya, "BANTUIN JI! INI KERESEKNYA PANAS SEMUA, GOBLOK!"

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang