"Udah enakan, sayang?" tanya Jino masih dengan harap-harap cemas saat melihat wajah Zeva yang kini napasnya perlahan kembali normal.
Zeva mengangguk lemah sebagai jawaban.
"Va mau bobo lagi, istirahat?" tanya Ambar yang baru selesai mengganti pakaian basah Zeva dengan yang baru.
Zeva mengangguk, lalu merentangkan kedua tangannya pada Ambar, "tapi temenin sama Mama."
Ambar mengangguk dan membaringkan tubuhnya disamping Zeva, "Jino, tolong liatin Zea di kamar mandi. Tadi dia malah Ambar tinggal pas Jino teriak manggil."
Jino mengangguk lalu berjalan ke arah toilet dimana anak sulungnya itu sudah melilitkan handuk ditubuhnya, "Kak Zea udah mandinya?"
"Udah kok, Pa. Zea bisa mandi sendiri." Jino tersenyum lalu mengangkat tubuh Zea kedalam gendongannya untuk didudukan ditepi ranjang.
"Va kenapa bobo lagi, Pa?" Zea yang tak terlalu memperhatikan kekalutan kedua orangtuanya tadi menatap sang adik dengan heran.
Jino dan Ambar saling bersitatap lalu kemudian, Jino mengambil baju ganti Zea untuk memakaikannya, "Kak Zea dengerin Papa ya?"
Zea mengangguk sambil mengangkat tangannya saat Jino memasangkan kaus dalam.
"Va itu punya asma, sayang. Jadi kalo nanti Kak Zea ajak main Va, jangan yang capek-capek ya?"
Ya, Zeva memang punya asma sejak bayi karena berat badan anak itu jauh lebih rendah daripada berat badan kakaknya.
Penyakit asma Zeva sendiri jarang kambuh, terhitung dari sejak bayi, penyakit anak itu hanya empat kali kambuh. Maka dari itu, baik Jino maupun Ambar tak terlalu menganggap penyakit Zeva adalah hal serius.
Namun setelah kejadian barusan, yang membuat Jino dan Ambar panik setengah mati, mereka sangat khawatir kalau penyakit Zeva akan sering kambuh dikemudian hari. Untung, baik Jino maupun Ambar selalu membawa inhealer untuk berjaga-jaga dalam menghadapi keadaan urgent seperti tadi.
"Asma itu apa, Pa?"
"Asma itu penyakit sesak napas, sayang. Jadi Va ngga boleh dan ngga bisa main capek-capek kayak Kak Zea."
Zea mengangguk paham, "kenapa Zea ngga punya asma juga Pa?"
Jino berdehem, "emang Kak Zea mau sakit? Ngga kasian liat Papa sama Mama yang khawatir kalo liat kalian sakit? Mama sama Papa pas liat Va sakit aja panik, apalagi kalo liat kalian dua-duanya sakit."
Zea menatap Zeva yang kini tengah berada didalam pelukan sang mama. Ambar tersenyum hangat menatap anak sulungnya yang terlihat seperti sedang berpikir.
"Ngga, Zea ngga mau liat Papa sama Mama khawatir. Zea ngga mau sakit. Zea mau sehat aja, biar bisa jagain Va juga."
Setelah selesai memakaikan baju dan menyisir rambut Zea, Jino mengecup pelan dahi anak itu, "pinter! Kak Zea harus sehat selalu, jangan sakit-sakit. Oke?"
"Oke Pa! Oya, katanya pas Zea selesai mandi kita mau makan. Jadi, Ma, Pa?"
"Jadi kok, tapi kita pesen aja ya, terus makannya disini, gimana?"
Zea mengerucutkan bibirnya, "masa disini terus sih Pa. Kan kita ceritanya lagi pergi jalan-jalan, Zea mau makna diluar aja, ngga mau disini."
Jino menghela napas, "yaudah tapi kalo makannya nunggu Va bangun dulu gimana, Kak?"
"Yaud--"
"Ngga usah deh Jino, mending kita berangkat sekarang aja, kasian Zea pasti udah laper. Iya kan sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...