J • 11

25.3K 2K 167
                                    

"Jangan lupa bawa gadis itu kerumah, Jino. Kalau bisa hari ini, ayah sama bunda mau ketemu." setelah sarapan sebelum berangkat sekolah, Andra terus mengatakan hal yang sama, namun tak ayal tetap diangguki oleh Jino.

"Kamu udah ngomong itu lima kali loh Gav," Izel mendelik jengah atas kelakuan suami cerewetnya lalu menatap anak lelakinya, "Emang dia satu sekolah sama kamu dek?"

"Iya bun. Tapi masalahnya dia susah banget buat diajak ngomong. Bahkan dia selalu nolak pas Jino ajak buat ngomong ke orangtuanya."

Andra dan Izel saling bertatapan bingung.

"Namanya siapa?" tanya Izel penasaran.

"Ambar. Namanya Ambar."

"Yaudah kamu tetep bujuk dia gimanapun caranya. Ayah ngga akan mau nunda pernikahan kalian. Ini bukan masalah kecil, my boy."

"Iya yah, Jino tau kok. Oh ya, kakak sama abang kemana?" Jino bertanya karena sedari tadi tak melihat keberadaan Nana dan Fares.

"Mereka lagi nginep di rumah tante Yuna--mama Fares. Paling siangan juga pada jalan kesini."

Jino mengangguk, lalu menyampirkan tasnya di bahu hendak berangkat ke sekolah. "Kalo gitu Jino pamit berangkat, yah, bun." lalu menyalami tangan kedua orangtuanya.

"Hati-hati, nak. Jangan ngebut!" seru Izel pada Jino telah menaiki kuda besinya.

Jino tak langsung mengendarai motornya ke sekolah, ia akan mampir ke rumah Ambar untuk memberi tebengan lagi. Walaupun Jino tak yakin kalau Ambar sedang menunggu di depan rumahnya seperti kemarin.

Benar dugaan Jino, ia tak mendapati Ambar di depan gerbang rumahnya.

Dia udah berangkat kali. Pikirnya.

Saat Jino hendak melajukan kembali motornya. Dari celah gerbang rumah Ambar yang terbuka, ia melihat Ambar yang tengah disuapi wanita paruh baya.

Yang Jino bingungkan, posisi Ambar tengah berdiri di luar sedangkan yang menyuapinya berada di dalam rumah yang mana diantara mereka terdapat pembatas yaitu jendela samping rumahnya.

Jino mengernyit bingung, merasa heran karena Ambar makan seperti orang kelaparan, juga ia mendapati gadis itu melirik pintu utama berkali-kali.

Cewek aneh. Batin Jino.

Setelah selesai makan dan mengelap bibirnya dengan kasar oleh punggung tangannya. Ambar langsung menyalami tangan wanita itu lalu berlari kecil ke depan gerbang dan sontak terkejut karena melihat keberadaan Jino yang tengah menatapnya.

Wajah Ambar benar-benar seperti maling yang tertangkap basah ditambah tubuhnya yang ikut menegang membuat Jino menaikan sebelah alisnya.

Kenapa dia liat gue kayak liat setan?

"Ji--Jino. Kok?"

"Gue jemput lo. Biar ngga telat."

"Ta--tapi..."

"Cepet, gue males kalo harus debat dulu sama lo. Naik!"

Ambar hanya menuruti dan naik keatas motor Jino setelah memakai helm, dan tangan Ambar melingkar diperut Jino tanpa aba-aba.

Jino yang awalnya terkejut, mencoba untuk tak peduli.

"Pulang sekolah lo ikut gue, kerumah." ucap Jino di dalam helmnya dengan kepala sedikit menoleh ke samping agar Ambar bisa mendengarnya.

"APAAA???" tubuh Ambar makin condong ke depan dan kepalanya mendekat kesamping kepala Jino untuk mendengar ucapan Jino lebih jelas.

Sedangkan Jino menggeram pelan karena suara toa Ambar yang memekakan telinganya, meskipun tertutup helm tetap saja sangat berisik. Selain itu, ia juga merasa dua tonjolan Ambar yang tengah menempel di punggung ratanya.

JINOVAR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang