"Huwaaa ... Ambar diculikk!Toloooong!" teriak gadis itu saat ia terbangun sambil melompat karena tak mengenali kamar yang ia tempati. Gadis itu langsung berlari dan refleks membuka pintu dengan tergesa-gesa.
Ambar meneguk ludahnya, ia melihat tatapan para lelaki yang membuat bulu kuduknya meremang. Salah satu dari lelaki itu adalah Jino.
"Sudah bangun tuan putri?" tanya Fauzan dengan nada mengejek yang membuat mata Ambar melebar.
"Gu--gue pulang." Ambar hendak berlari menjauh. Ia benar-benar takut dikepung oleh para lelaki yang tak dikenalnya. Namun dengan sigap lengan Jino menahannya, "Gue anter," ucap lelaki itu.
Ambar menggeleng kaku. Ia mencoba melepas pegangan tangan Jino, "ng-ngga usah. Le--lepas!"
"Der, lo sama anak-anak Vagos lanjut aja latihan balapan. Kalo sempet ntar gue nyusul." perintah Jino yang langsung diangguki Dero sambil menaikan dua jarinya diatas kepala.
"Gue anterin dulu dia balik," Jino menambahkan dan melenggang pergi keluar dari markas sambil masih memengang lengan Ambar yang sedari tadi diam kebingungan.
"Rumah lo dimana?" tanya Jino sambil menaiki motor dan memakai helmnya.
"Jalan Cempaka no.12."
"Yaudah naik," Jino mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu Ambar naik ke motor gedenya. Gadis itu menerima uluran tangan Jino.
"Pegangan!" perintah Jino yang langsung dituruti Ambar. Ia memegang jaket hitam lelaki itu di kedua sisi sakunya.
"Ck, yang bener Ambar!"
"Ini udah bener! Jangan marah-marah terus dong!" ucap gadis itu kesal. Kekeselan Ambar tergantikan dengan rasa terkejutnya karena Jino menarik kedua lengannya dan meletakannya diperut lelaki itu sehingga posisi tubuh Ambar menempel pada punggung tegap Jino.
"Ck, dasar modus!" walaupun Ambar bergumam pelan, telinga Jino yang jeli tentu bisa mendengarnya.
Jino melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia dapat merasakan kepala Ambar yang tengah bersandar dipundak kirinya.
"STOP!" teriak Ambar yang sontak membuat Jino mengerem motornya tiba-tiba.
"Ck, apasih lo? Orang belom nyampe." tanya Jino yang membuka helm fullfacenya. Ambar menghiraukan Jino, ia langsung turun dari motornya dan berlari kecil ke tukang dagang soto ayam dipinggir trotoar.
Jino hanya memperhatikan Ambar dan diam dimotornya. Setelah beberapa menit, Ambar kembali kearahnya sambil menjinjing kantong plastik ditangannya.
"Ayok, lanjut." titah Ambar yang langsung diangguki Jino.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, motor Jino sampai di depan rumah mewah yang berlampu sangat terang.
Tanpa pamit, Ambar langsung masuk begitu saja membuat Jino harus kembali menahannya.
"Hobi banget sih megang-megang tangan Ambar!" teriaknya dengan nada nyolot.
"Lo boongin gue?" tanya Jino dengan tatapan yang penuh selidik. Ambar yang tak mengerti maksud ucapan Jino mengerutkan keningnya, "boong apa? Ini beneran rumah Ambar, Jinovar!"
"Ck, bukan itu maksud gue. Tapi soal ini." Jino mengambil sesuatu di saku celana kirinya.
Testpack.
Seketika tubuh Ambar menjadi kaku. Matanya kembali berkaca-kaca.
"Gue minta lo jangan nangis disini, gue mau ngomong serius sama lo."
Ambar hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Ia mati-matian menahan tangisnya.
"Besok pulang sekolah, gue mau bawa lo buat cek ke dokter. Biar kita tau hasil akuratnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...