Jangan lupa ramaikan kolom komentar☺
Happy reading☺
🐥🐥🐥
Jino menghela napas untuk yang kesekian kalinya. Ambar yang melihat wajah frustasi suaminya langsung mengusap pundak Jino dengan pelan, "Jino jangan marah, Zea masih kecil."
"Vanya juga masih kecil, Ambar. Tapi dia bisa ngerti." Vanya adalah panggilan mereka kepada anak kembar bungsunya.
"Iya, nanti Ambar coba ngomong baik-baik sama Zea ya? Siapa tau--"
"Dari lama kamu kan yang ngomong sama Zea, tapi kali ini, biarin aku yang ngomong sendiri sama anak itu."
Ambar yang tak bisa membantah ucapan suaminya hanya bisa mengangguk, toh itu juga untuk kebaikan anaknya.
"Aku kebawah dulu samperin anak-anak."
Ambar tak menjawab. Ia langsung ikut berdiri dan mengekori Jino dari belakang, menghampiri kedua anak kembarnya yang tengah duduk di sofa sambil menonton tayangan kesukaan mereka, Upin Upin.
"Kak Zea, Papa mau ngomong sama kamu."
Sisulung yang kini sudah genap berusia lima tahun itu langsung menoleh saat namanya disebut oleh sang Papa.
"Papa, nanti dulu ya talk talk sama Zea nya. Kak Ros belom muncul. Zea suka pas Kak Ros muncul terus marahin dua adik botaknya."
Tak ada cara lain, Jino langsung mengambil remote dan mematikan TV, membuat kedua anaknya itu saling menatap Papanya dengan ekspresi kesal.
"Papa kenapa--"
"Vanya, mau ikut Mama bikin susu strawberry buat kamu?" wajah kesal Zeva langsung berubah menjadi raut antusias, ia langsung mengikuti Ambar, pergi ke dapur untuk membuat segelas susu kesukaannya.
Zea yang juga hendak mengikuti sang Mama dan adiknya langsung urung saat tangan Jino menahan lengannya, "Kak Zea duduk, Papa mau ngomong sama kamu."
"Zea tau kok dari tadi Papa kan udah ngomong, bukan kentut."
Jino menggeleng heran melihat sikap anaknya yang satu ini, Jino langsung menjejerkan beberapa lembar nilai hasil ulangan anaknya, "coba jelasin ke Papa. Kenapa hasil nilai kamu nol semua, Kak?"
"Iya Papa. Emangnya kenapa?"
"Kenapa?" Jino mengulang pertanyaan Zea, "itu berarti semua jawaban kamu dalam menjawab soal salah semua Kak Zea. Bilang sama Papa, emang kamu ngga ngerti sama semua soal yang dikasih guru kamu?"
Zea menggeleng, "Zea ngerti kok, tapi ngga banyak."
"Kalo ngga banyak, berarti seenggaknya jawaban kamu ada yang bener Kak. Ini kenapa ngga ada sama sekali?"
"Zea sengaja salahin semua jawabannya, biar nilai Zea telor semua, Pa. Kan Zea suka telor, jadi nilai Zea harus telor semua biar Zea suka sekolah."
Jino memijit pelipisnya. Semakin bertambah umur, anaknya yang satu itu semakin membuatnya pusing bukan main. Jino bingung, padahal ia dan Ambar mendidik kedua anaknya sama rata. Tak membedakan mereka sama sekali. Tapi untuk hasil didikan? Sangat jauh berbeda.
"Ternyata ngga cuma ayam yang bisa bertelor ya Pa, Zea juga bisa!"
Baik, Jino nampaknya harus menambah ekstra kesabarannya.
"Tapi kata Bu Guru Zea itu ngga pinter kayak Va. Makanya nilainya telor semua." Zeva yang baru datang sambil digendong Ambar langsung ikut menyahuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINOVAR [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 3rd Jinovar Guinandra Dimitri, cowok berperawakan tinggi, tegap, dan gagah itu merupakan ketua dari geng motor yang paling ditakuti dijalanan, ZELVAGOS. Ia tak mempunyai rasa belas kasihan sedi...