Warn! It's trial chap. Bisa jadi chap ini diunpublish atau bahkan ga diterusin. Tergantung kesepakatan kita di akhir nanti hehe👀
----
Waktu mobil wisata yang ditumpangi rombongan mereka sampai di sebuah lokasi liburan tujuan, hal pertama yang mereka semua sadari adalah bahwa daerah yang akan ditinggali selama empat hari dalam liburan musim dingin ini merupakan daerah wisata di dataran tinggi. Tempatnya lebih seperti hutan konservatif yang ditumbuhi banyak pohon cemara. Anak-anak antusias sekali saat merencanakan akan berkreasi dengan salah satu pohon cemara untuk dijadikan pohon natal, dengan Papa Mark yang dipilih sebagai ketuanya.
Sementara anak-anak bergembira dengan antusiasme mereka, para orang tua justru disibukkan dengan perasaan aneh di benak masing-masing. Perasaan aneh yang timbul saat mereka menyadari bahwa tampaknya, mereka satu-satunya yang menjadi rombongan yang menghabiskan waktu liburan di sini.
Ini lokasi wisata, tapi kok sepi sekali ya?
----
"Positif thinking Chan, mungkin emang baru dibuka kali makannya tempatnya sepi."
Jaemin, untuk pertama kalinya setelah menginjakkan kaki di villa, memberikan komentar terhadap penilaian skeptis Haechan. Sejak mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan wisata ini, para submisif memang sudah saling melontarkan komentar mereka, terutama untuk tempatnya yang sepi dan sedikit mencekam. Namun di antara para submisif itu, Haechan lah yang vokal menyuarakan praduga-praduganya yang kadang terlalu kritis. Renjun yang duduk di depannya bahkan sampai harus memperingati sahabatnya itu untuk tidak merusak atmosfir liburan mereka dengan kemungkinan-kemungkinan adanya unsur 'horror' seperti yang dilontarkan olehnya.
"Bisa juga karena ga lak—"
"Heh mulutnya sembarangan!"
Hendery yang dengan wajah mengantuk ikut menimpali ujaran Jaemin tadi terlonjak kaget saat sang istri memotong kalimatnya dengan tatapan tajam. Xiaojun yang memang sejak awal tak banyak berkomentar memilih untuk menghentikan obrolan para teman-temannya terkait tempat yang kini mereka singgahi ini. Bukan apa-apa, masalahnya ia takut mertuanya merasa tersinggung oleh komentar mereka. Lagipula, yang memilih tempat ini kan Papa John, kenapa tidak langsung tanyakan saja ke beliau kenapa tempat yang dipilihnya ini begitu sepi dan err—sedikit seram.
"Kamarnya cuma ada tiga nih, nanti Mama sama Papa tidur di family room aja gapapa bareng anak-anak."
Mama Ten yang tadi katanya akan menyelesaikan administrasi ke pondok di ujung gerbang villa ini kembali dengan Papa John yang tampak sibuk dengan ponsel di belakangnya. Submisif paruh baya itu tersenyum gemas melihat Chenle dan Jisung yang tertidur di sofa dengan damai, seolah membayangkan bahwa ia akan menghabiskan malam ini bersama dua anak kecil yang sudah ia anggap seperti cucunya sendiri.
Ngomong-ngomong, yang dimaksud family room adalah sebuah tempat luas di lantai dua yang berbatasan langsung dengan balkon. Ada sebuah kasur lipat besar dan perapian di sana. Kalau hanya ditempati oleh Papa John, Mama Ten, Yangyang, Lele serta Jisung (karena Yuqi, Logan, dan Dongpyo pasti tidak bisa tidur tanpa mama mereka) mungkin akan cukup untuk menampung keempatnya. Toh pasangan senior itu menyadari bahwa anak-anak mereka tidak mungkin tidur terpisah dari pasangan masing-masing.
"Tapi kalau gitu tetep ngga cukup dong? Apa satu kamar mau dipake buat tiga orang aja?"
"Threesome maksud lu, Mark?"
Satu pukulan di bahu Lucas terima dari Haechan yang kini menatapnya galak, "kamu mau threesome sama Mark Hyung, Dery Ge, Jeno?"
"Amit-amit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./