[Special Markminsung] Cemburu Pt. 1

10.2K 1K 118
                                    

Jisung cemburu.

Semenjak kehadiran adik bayi yang bikin perut mamanya gendut beberapa bulan ke belakang, putra sulungnya Mark Lee itu merasa bahwa semua perhatian mama dan papanya teralihkan seluruhnya kepada si adik bayi yang hobinya menangis terus itu.

"ADIK BAYINYA JELEK AKU GA SUKA!!"

Komentarnya sebal tiap kali digoda oleh tamu-tamu yang menjenguk mamanya yang baru saja pulang dari rumah sakit itu. Bukannya ditanggapi secara serius, bocah lima tahun itu justru malah ditertawai oleh tamu-tamu yang mendengar ujaran kesalnya, salah satunya mamanya sendiri.

"Emang Kak Jisung waktu bayi ngga jelek?"

"NGGA! AKU NGGA JELEK! ADIK BAYI JELEK KAYA ALIEN!"

Sembari melipat kedua tangannya di dada, bocah itu merengut kesal lantas menjauh dari mereka. Ia masih mempertahankan wajah kesalnya meski seorang bocah seumurannya sudah duduk di hadapannya kemudian mengelus pipinya, Chenle.

"Jisungie ngga boleh gitu ke adik bayi nanti adik bayi jadi sedih...." katanya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tangannya masih mengusap pipi berisi sahabatnya. Diperlakukan seperti itu oleh Chenle membuat bocah lima tahun itu makin mencebik sebal.

"Ngga apa-apa bial aja adik bayinya sedih bial aku buang nanti sekalian ke hutan!"

"Eit eit eit ngomongnya ngga boleh kaya gitu!"

Mark datang dengan wajah seriusnya. Ia menyamakan tinggi tubuhnya dengan sang putra sembari menatap si sulung intens, "Ngga boleh gitu sama adik bayi. Kak Jisung harus sayang sama adiknya, oke?"

"Hiks...."

Ditatap seperti itu oleh papanya membuat Jisung menangis, antara kesal dan takut. Mark memang sosok papa yang tegas, tapi sosoknya justru jadi favorit bagi putra sulungnya. Karenanya, setiap di'marahi' sedikit saja olehnya, Jisung pasti langsung takut dan menurut.

Tapi kali ini, efek 'adik bayi' mungkin membuat si sulung itu jadi lebih mendramatisir ucapan tegas sang papa lebih dari biasanya.

Tangisnya yang semakin kencang membuat atensi tiga orang dewasa lainnya teralih seketika.

"Huhu.... aku--hiks-- aku Jisungie bukan Kak Jisung!"

Iya, salah satu hal yang membuatnya semakin membenci adiknya itu karena panggilan yang diberikan kepadanya sekarang berubah. Jisung kan sukanya dipanggil Jisungie, bukan Kak Jisung!

Mendapati sahabat sehidup sematinya yang tiba-tiba menangis, Chenle yang tadinya masih sibuk mengelusi pipi Jisung itu kini beralih memeluk tubuh mungil sahabatnya. Papa Mark yang ada di hadapannya ia tatap dengan mata yang melotot lucu, "Huuuuuuu Papa Malk nakal nih malahin Jisungie!"

Jari telunjuk pendeknya yang teracung itu menambah kesan mengintimidasinya kepada pria dewasa di depannya, "Jisungienya kan jadi sedih!"

Meski pun sering sekali mengatur dan bertindak seenaknya jika mereka tengah bermain, tapi satu hal yang Chenle akan selalu ingat adalah bahwa ia tidak boleh membuat siapapun sedih, termasuk adik dan sahabatnya. Kata mamanya, selain makan es krim dan mie secara berlebihan, kesalahan yang tidak boleh ia lakukan adalah membuat orang lain menangis.

Jadi, saat kini pria dewasa di depannya ini membuat sahabatnya menangis, ia tidak segan-segan untuk memarahinya, "Aku bilangin Mama ya bial Papa Malk dimalahin!"

"Hayoloo dimarahin Kak Lele...."

Jeno muncul mengompori suasana setelah puas terbahak-bahak menertawakan sepupunya yang kena semprot sang anak. Papa muda yang sedari tadi berada di situasi panik antara istri dan sahabatnya saat Jisung menangis itu tidak bisa menahan tawanya saat suara bayi lumba-lumbanya terdengar nyaring menengahi konflik anak dan ayah itu.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang