Maafin update mulu;(
--
Hari ini tepat satu minggu Renjun pulang dari rumah sakit. Sejak kedatangan perdananya ke rumah setelah tertahan di rumah sakit selama hampir tiga hari, istri Lee Jeno itu sudah melakukan rutinitas biasanya, bedanya, sekarang ada anggota baru yang harus turut ia urusi setiap saatnya.
Keadaan rumah pagi ini masih cukup tenang. Dua pembuat onar, Jeno dan Chenle, mungkin masih terlelap sembari saling memeluk satu sama lain. Renjun yang memang selalu menjadi orang pertama yang bangun pagi biasanya akan langsung pergi ke dapur dan bertempur dengan bahan makanan. Tapi kali ini, selepas mencuci muka dan gosok gigi, kakinya ia langkahkan terlebih dahulu ke kamarnya dan Jeno untuk mengurusi anggota keluarga barunya, bayi mungilnya.
"Wah, Kak Lele udah bangun...."
Renjun menyambut putra sulungnya yang sudah bangun dengan setengah berbisik, tak ingin mengganggu tidur putranya yang lain. Bibirnya tertarik lebar saat menatap pemandangan menggemaskan yang tersaji di depannya.
Chenle dengan kaki pendeknya yang jinjit tengah memandangi wajah adiknya yang tertidur pulas.
"Sini cium Mama dulu." Kata Renjun sembari memeluk tubuh mungil Chenle yang kalau bangun tidur selalu menguarkan bau kecut khasnya. Putra sulungnya itu sedikit merajuk sembari memeluk lehernya, "Mama..."
"Hm?" Renjun bergumam lirih sembari mengernyit saat mendapati wajah tertekuk Chenle, "Ada apa Sayang? Kok ngambek?"
"Emang.... huks... Adik Bayi milip Papa?"
Renjun semakin mengerutkan alisnya saat mendapatkan pertanyaan random di pagi hari begini, "Lho, memangnya kenapa? Kan adik bayi anaknya Papa sama Mama, kaya Kak Lele juga."
Mendengar jawaban itu, bibir tipis Chenle semakin tertekuk dan rengekannya semakin menjadi, "Tapi kan itu adik bayinya Lele!"
Sembari menghentak-hentakan kakinya ke lantai, bocah sulung Lee itu mengusap-usap air mata di pipinya, "Halusnya adik bayinya milip aku huhu...."
Renjun yang terlalu kaget karena menghadapi situasi tak terduga di pagi hari seperti ini hanya bisa memeluk Chenle dan mengelus punggungnya yang sedikit bergetar. Meski sebenernya ia mati-matian menahan tawa mendengar subtansi rengekan Chenle yang menurutnya lucu itu.
"Cup cup, Kak Lele jangan nangis nanti adik bayinya ikutan nangis."
Chenle nampaknya tidak peduli dan malah semakin memeluk leher Renjun erat, "Bialin aja! Adik bayinya jahat soalnya ga milip akuuuu hueee...."
Renjun yang kelimpungan segera menggendong tubuh berat Chenle dan menepuki punggungnya lembut. Tangisan bocah lumba-lumbanya itu berhasil membuat seorang pria dewasa yang awalnya terlelap damai di kasur empuk mereka langsung terbangun kaget, "Hng ada apa sih?"
Lee Jeno yang nyawanya masih belum terkumpul sempurna itu kaget saat mendapati dua orang familiar di hadapannya dengan tangisan lumba-lumba salah satunya, "Lele kenapa nangis?"
"Huaaa adik bayinya jahattttt...."
Jeno semakin mengerut tak paham saat tangisan Chenle semakin mengencang. Tapi saat sadar bahwa ada objek lain yang disebut, kesadaran Jeno langsung teralih pada bayi berumur sepuluh hari yang terlelap damai di box bayinya. Pria itu buru-buru mengecek Logan dan sedikit merasa lega karena ia tak ikut menangis karena merasa terganggu dengan tangisan kencang kakaknya.
Bayi ajaib memang.
"Kak Lele lagi ngambek nih ceritanya." Cerita Renjun sembari memimpin jalan ke dapur, masih dengan Chenle yang sibuk menangis di pelukannya. Di belakangnya Jeno masih sibuk mengusap-usap matanya yang mengantuk, "Ngambek kenapa? Dia ngga sengaja ketindihan aku lagi atau gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./