"Anak-anak, malem ini Lele sama Lolo tidurnya dipisah ya. Ada yang sama Mama, ada yang sama Papa."
Tiga orang lainnya yang sedang fokus pada makan malam mereka itu secara serentak memandang si nyonya besar dengan wajah bingung dan polos mereka, pengecualian untuk anggota termuda yang masih asyik memainkan puding sembari menyamankan diri di pangkuan mamanya. Chenle yang bahkan tadi masih sempat-sempatnya ribut mempertanyakan soal "kenapa sayur warnanya hijau dan bukan biru" sudah ikut-ikutan Jeno memandang Renjun dengan tatapan protes.
"Nanti kita ga tidur bareng dong?" Ini Jeno yang bertanya dengan wajah kesalnya, "Kan udah direncanain malam ini kita mau...."
"Logan demam, Sayang. Kamu mau Lele ikutan sakit juga?"
Renjun menekan kata-katanya sembari memandang Jeno dengan senyum penuh arti. Jeno yang mengerti maksud kata-kata dari istrinya itu memekik sebal kemudian memakan makanannya dengan rakus, mengundang keheranan Chenle di sebelahnya.
"Papa malah sama Mama? Malah gala-gala ga tidul sama Mama?"
Anak itu sudah mengoceh lagi sembari menempatkan wajahnya tepat di depan wajah sang papa yang sudah kembali fokus pada makanannya. Renjun yang melihat itu tertawa kecil kemudian menjauhkan si sulung dari papanya yang sedang merajuk.
"Iya nih Papa ngambek. Kaya bayi ya suka ngambek-ngambek gitu...."
Renjun yang memanas-manasi keadaan malah membuat rasa penasaran Chenle semakin menjadi-jadi. Anak itu kembali mengalihkan atensi dari makanannya kepada sang papa dengan memajukan wajah polosnya tepat di depan wajah Jeno.
"Papa ga boleh ngambek. Kan anak kecil ga boleh ngambek kata Bu Gulu."
Tangan mungilnya sudah bermain-main di wajah tirus sang papa, mengelusnya dengan lembut. Chenle masih ingat kata-kata Mamanya bahwa ia harus mengelus pipi Logan atau Jisung kalau dua adik (dan teman yang dulu dianggapnya adik) itu sedang merajuk atau menangis. Jadi ketika melihat wajah cemberut Papanya, ia juga mengira kalau pria dewasa ini juga pasti sedang ngambek.
"Udah ya jangan malah lagi nanti Mama sedih. Nanti abis ini Papa tidulnya sama Mama lagi ya."
Cup
Terakhir dia mencium pipi tirus Jeno kemudian kembali ke tempatnya dan fokus pada piringnya yang masih penuh. Si sulung Lee itu tak sadar bahwa sedari tadi dua orang dewasa di dekatnya sudah terkekeh kecil menertawakan tingkah lucunya itu. Renjun bahkan sudah memotret momen lucu anak dan suaminya itu saat Jeno mati-matian menahan tawanya.
"Tapi kan Papa bukan anak kecil, Lele!"
Jeno tak tahan untuk tidak tertawa dan kini pura-pura merajuk pada anak sulungnya itu. Dia memeluk Chenle yang sedang kesulitan mengambil bayam dengan garpunya kemudian mengecupi pipi bulat itu dengan gemas, "Nih, anak kecil tuh ini, hobinya makan es krim sama beli boneka!"
"Tapi kan aku ga tidul sama Mama. Aku tidulnya sama Lolo wleeeee...."
Chenle menjulurkan lidahnya pada Jeno dengan suara yang mengundang tatapan Logan. Bayi satu setengah tahun yang sedang asyik disuapi mamanya itu tersenyum senang sembari bertepuk tangan.
"Le! No!"
Renjun yang menyadari bahwa anak keduanya yang sejak kemarin rewel karena demam itu tersenyum lega. Ia cek dahi dan leher anaknya yang masih agak hangat meski sudah tidak separah kemarin.
"Logan mau kaya Kak Lele hm?"
Logan mengangguk kemudian menjulurkan lidahnya meski pada akhirnya ia tak bisa melakukan apa yang kakaknya itu lakukan. Saat semua orang di sana menertawakannya, anak itu semakin senang dan sudah melompat-lompat rusuh di pangkuan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
Fiksi PenggemarMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./