Baby-Baby

5.7K 573 101
                                    

We always craving for Nono-Lolo moment, right?

.

.

.



Pagi ini Kak Lele akan menghadiri kelas budayanya secara langsung, dan Logan yang mengetahui itu jelas langsung dirundung mendung. Bayi itu mengiringi kepergian kakaknya yang naik mobil jemputan dengan wajah berlinang air mata dan teriakannya terhadap sang kakak, sangat berbeda dengan kakaknya yang justru hanya dapat tersenyum cerah sembari melambai-lambai dengan penuh kasih sayang ke arahnya. Bayi dua tahun itu baru agak reda tangisnya saat melihat kehadiran sang papa di meja makan, tahu bahwa ia masih punya teman bermain selain mamanya.

"Lo Papa berangkat dulu ya! Lolo di sini jangan nakal sama Mama, oke?"

Bayi dua tahun itu sempat anteng beberapa saat sebelum telinganya kembali mendengar kata-kata pamit untuk yang kedua kalinya pagi ini, dan ia tak bisa melakukan apa-apa selain--

"NANAN!!"

--nangis lagi.

"HUKS--EJA DA BOWEH!!"

Logan mengejar papanya sampai ke pintu depan dan memeluk kaki tinggi itu dengan erat. Ia nyaris akan berguling-guling di lantai kalau papanya itu tak segera menggendongnya dan membawanya ke dalam pelukan. Mamanya yang mengikuti dengan wajah serius dan sedikit khawatir itu mulai membujuknya untuk membiarkan sang papa pergi, tapi Logan yang sedang bersedih tetap enggan melepaskan pelukan mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada kembaran nakalnya.

Haduh, cukup drama memang.

"Itu Papanya kerja dulu Sayang, kan Lolo udah ngerti kalau Papa harus kerja."

"GA GA GA!! HAWAWAWAWA HUKS--HUHUHU...."

Renjun menghela napas pusing. Ibu hamil itu meringis pelan saat sang putra semakin menjadi-jadi tangisnya dan melampiaskan air mata di setelan kerja sang papa. Sementara Jeno yang jadi sasaran hanya dapat tertawa tampan--seperti biasa.

Kalau dipikir-pikir, rasanya memang Jeno ini selalu tertawa dalam setiap situasi dan kondisi.

"Papa kerja dulu ya anak bayiii~ nanti pulangnya Papa bawain tobot deh, oke?"

"Tuh nanti pulangnya dibawain robot! Sekarang Lolo sama Mama dulu, nanti kita main sama Pyo--eh kan hari ini juga kita mau pergi sama Mama Nana? Nanti Lo--"

"HUKS--NO AJA!!"

Logan menggeleng-geleng ribut. Anak itu semakin mengeratkan pelukan di leher sang papa dan menumpahkan tangis di sana. Adegan yang ditampilkan bayi itu sudah seperti adegan opera sabun yang mempertontonkan bagaimana seorang anak yang tak ingin berpisah dari sang ayah, seolah-olah ada karakter jahat yang akan memisahkan mereka. Renjun yang melihat bagaimana anaknya itu semakin tersedu-sedu hanya dapat tepuk jidat. Ia tiba-tiba teringat dengan bayi gendut yang satunya, yang dulu menangis sedih sembari memeluk pagar rumah untuk alasan yang bahkan jauh lebih konyol dari berangkat kerja--ditinggal main sepeda.

Yang menjadi ironi adalah, anak bayinya ini seolah tak sadar bahwa ia biasanya bersikap cuek dan bahkan galak terhadap papanya--yang memang jahil--dan melupakan fakta kalau mereka main berdua bersama, semuanya pasti akan berakhir dengan rengekan kesalnya karena dijahili oleh papanya yang sedang ia tangisi sekarang.

"NO EJA DA BOWEH!! HUKS!!"

"Yaudah Lolo ikut No kerja aja? Ya, ikut Papa kerja aja ya?"

"Hadeh nanti malah ribet lagi dong kalau kaya gitu!" 

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang