Hayo siapa yang meninggal?👀
----
Waktu Bongshik meringkuk di tempat istirahatnya tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang selalu disiapkan untuknya, Jeno tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan kucingnya.
Saat Jeno membawanya ke klinik hewan dan dokter setengah abad yang biasa memberinya vaksin itu tidak menemukan penyakit apapun, Jeno mulai paham bahwa mungkin inilah saatnya.
"Bongshik huhuhuhu...."
Saat di mana kucing yang telah dirawatnya sejak sebelum ia menikah harus melepaskan nyawa dan pergi meninggalkannya dari dunia.
Jeno sedih, tentu saja. Ia membawa jasad Bongshik sebelum dimasukkan ke dalam peti kayu kecil dan menguburkannya di pekarangan rumah yang kebetulan sebagian kecil belum ditanami rumput atau tanaman hias lainnya oleh sang istri. Saat itu cuaca sedang cukup bersahabat, meski sedikit mendung dan gelap. Jeno melakukan prosesi pemakamannya secepat dan sebersih yang ia bisa.
"Bongshik huks--kenapa huks--kamu mati huhuhuhu...."
Jeno sedih, tapi ia tidak sesedih Chenle yang sampai menumpahkan air matanya sambil terisak-isak seperti sekarang ini. Bocah bertubuh pendek dan berisi itu kini sedang berjongkok di sampingnya, menatap pusara si mendiang kucing tercinta dengan linangan air mata di pipi gendutnya. Tangan berjari-jari pendeknya sesekali mengusap pipinya yang basah dan memerah.
"Huks--Bongshik huhuhu...."
"Masuk yuk Kak Lele? Kan kata Mama jangan lama-lama di luar."
Jeno yang baru saja melepas sarung tangan karetnya itu menatap sang putra dengan lembut, berusaha untuk tidak menertawai wajah lucunya demi menghargai kesedihan sang putra. Chenle sudah murung dan menangis cukup lama sejak Jeno membawa kabar bahwa kucing peliharaan mereka telah tiada, dan selama itu pula tidak ada yang bisa menghentikan tangisnya bahkan mamanya sendiri, Renjun.
"Kak Lele sekarang masuk dulu ya Sayang, udah mau ujan."
Renjun sedikit berteriak dari pekarangan depan. Ia yang sedari tadi tengah menata pot-pot anggrek dan tanaman hias lainnya itu memang ikut mengawasi kegiatan suami dan anak sulungnya. Bukan apa-apa, Renjun harus memastikan bahwa Chenle tetap bersih dan tidak banyak menyentuh jasad Bongshik yang baru dibawa dari klinik.
"Masuk yuk, tuh udah disuruh Mama."
Jeno berkata sembari merentangkan kedua tangannya, menawarkan diri untuk memeluk dan menggendong bayi gendutnya yang sedang bersedih itu. Ia tersenyum lebar saat akhirnya Chenle pasrah masuk ke dalam gendongannya, memeluk lehernya erat dan menumpahkan tangisnya di sana.
Waktu melewati pekarangan dan teras depan, Jeno mendapati si calon kakak yang sedang fokus pada mainan mobil-mobilan remotnya. Duduk di teras dengan ocehan tidak jelasnya yang membuat air liurnya menetes ke lantai.
"Wihhh Lolo lagi nemenin Mama ya?!"
Jeno berujar semangat, hendak menggoda si calon kakak yang tampak tidak peduli dengan kehadiran papa dan kakaknya. Bayi berpipi penuh dan putih itu tetap fokus menunjukkan keahlian bermain mobil-mobilannya kepada sang mama yang sedari tadi asyik berkebun sembari mengawasinya bermain. Anak itu daritadi memang sibuk mengintili mamanya yang bolak-balik dapur dan teras depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./