Time to Love (2)

3.3K 732 113
                                    

Kadang suka bingung, kenapa aku bucin banget sama kalian sampe bela-belain menjadikan update wattpad sebagai rutinitas--padahal dapet keuntungan material juga nga:D

Tapi gapapa:D aku suka bucinin kalian kaya gini:D

Happy reading!


....

Jeno itu tak pernah marah atau ngambek lebih dari satu jam, dan kini sudah terhitung lebih dari dua jam sejak mereka bertengkar mempermasalahkan hal yang--menurut Jeno--sepele tadi. Renjun yang kini sedang menyiapkan makan malam sesekali melirik pintu dapur yang belum dilewati oleh sosok suaminya itu, merasa heran sekaligus sedikit cemas. Semarah apapun Jeno, ia nyaris tidak pernah melewatkan makan malam atau mengabaikan masakan yang dibuat Renjun. Jadi saat kini sosok itu tidak juga memunculkan batang hidung, Renjun merasa harus melakukan sesuatu sesegera mungkin.

"No? Makan dulu ayo! Lele sama Lolo udah nunggu."

Bohong, Renjun sedikit memanipulasi fakta dan memodifikasi ucapannya. Mana ada anak-anak menunggu papa atau mama untuk makan bersama? Mereka sih asal lapar ya langsung saja makan! Apalagi Kak Lele yang akhir-akhir ini nafsu makannya sedang bagus-bagusnya itu.

"No?" Renjun melongokkan kepala lebih dalam, berusaha menemukan sosok sang suami yang setelah mandi tadi tidak kunjung keluar kamar. Ia lantas menemukan tubuh jangkung itu di balik selimut tebal ranjang mereka, tampak fokus dengan ponsel di tangan. Sebuah game yang suara bisingnya teredam oleh earphone yang terpasang tanpa digunakan di telinga tengah pria itu mainkan dengan serius, dan itu jelas membuat Renjun mengerut bingung.

Seingatnya suaminya ini sudah lama berkomitmen tidak ingin main game lagi, dan alasannya adalah anak-anak mereka. Jeno ingin menghabiskan waktu luang yang ia punya secara optimal bersama Lele dan Lolo, karena bagi Jeno, bermain bersama bayi-bayi gendut itu merupakan hiburan gratis yang mampu mengasah skill dan berbagai macam kemampuannya; kemampuannya dalam mengasah massa otot, sekaligus kemampuannya dalam menjahili anak-anak bayi.

Hm, ada-ada saja.

"Hei makan dulu ayo! Itu tomyumnya mumpung masih anget,"

Renjun berkata sembari duduk di pinggiran ranjang, menunggu Jeno yang tengah merajuk untuk mengalihkan perhatian dari games di ponsel--persis seperti seorang ibu yang tengah membujuk anaknya yang sedang ngambek.

"Jenoooo, kalau aku ngomong tuh dengerin! Itu makan malam udah--"

"Berisik! Aku ga mau makan!!"

Mendapatkan respon yang tak diharapkan--sekaligus tak terduga, Renjun kembali bergeming diam. Ibu hamil itu lantas melipat tangan di depan dada, menggeleng-gelengkan kepala saking merasa tak habis pikir dengan kelakuan suaminya.

Jadi Jeno masih marah karena pertengkaran mereka sore tadi, iya?

"Serius ngga mau makan? Kamu masih marah sama aku?? Cuma gara-gara tadi?"

Jeno masih hening, dan itu sedikitnya menyulut emosi Renjun. Habis pria itu juga kesal, kok bisa-bisanya Renjun menganggap pertengkaran mereka tadi hanya sebagai "cuma"? Istrinya itu tidak sadar ya kalau kata-katanya sudah membuat Jeno "sakit hati" dan kesal sendiri?

"No?"

"Jangan ngomong sama aku! Aku masih marah banget!!"

"Aku juga ngga mau makan! Kamu nyebelin."

Jeno menjawab ketus tanpa melirik sama sekali sang istri yang tampaknya masih betah untuk membujuknya makan, kembali mengerucutkan bibir kesal lantas sengaja menyumpal telinganya dengan earphone yang sejak tadi menganggur karena tidak digunakan. Membiarkan Renjun mengoceh atau marah-marah sendiri tampaknya akan menyenangkan sekarang.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang