Papa's Strength (Full Ver.)

7.4K 959 279
                                    

Adakah yang nunggu part ini?

Btw, update di hari non-weekend ngeganggu kalian ga sih?



-





Renjun keluar dari kamar mandi dengan rasa terkejut saat mendapati Jeno yang sudah menunggunya tepat di muka pintu. Ia mengernyit heran saat suaminya itu merapatkan tubuh mereka, melingkari pinggangnya sembari mulai memimpin jalan.

"Kamu bisa gendong Lolo? Biar aku yang gendong Lele."

Jeno berbicara dengan tempo cepat, secepat langkahnya saat ini. Renjun yang kebingungan berusaha menyamai langkah super cepat suaminya dalam dekapan pria itu, merasa agak kesulitan.

"Hm--ya? Kenapa Lele harus digen--"

"Kenapa aku halus digendong?!!"

Jeno terkekeh kecil lantas membawa si sulung ke dalam gendongan, "ada kebakaran di lantai atas. Kita disuruh cepet-cepet keluar mall lewat tangga darurat."

Nada suara pria itu sedikit merendah saat menjelaskan keadaan gawat yang terjadi. Sebisa mungkin Jeno berusaha membuat Chenle dan Logan tidak mendengarnya. Si sulung sudah mulai paham setiap hal yang dibicarakan orang tuanya dan Jeno yakin ia pasti akan paham apa yang terjadi jika mendengar penjelasan sang papa tadi. Jeno tidak ingin Chenle maupun Logan panik, karenanya ia berusaha mengatasi semuanya setenang yang ia bisa.

Sementara Renjun yang mendengar penjelasan yang bahkan tak pernah ia bayangkan akan terjadi sebelumnya itu membuka mata lebar. Rasa cemas mendadak menyerangnya dan instingnya membuat sebelah tangannya yang bebas langsung tertangkup di perutnya yang besar, berusaha melindungi dua nyawa di dalam sana.

Jeno yang menyadari itu tersenyum tipis lantas mengecup kilat pipi Renjun, "Aku bakal berusaha bikin kita selamat,

kita berenam."

Tangannya yang merangkul pinggang Renjun pria itu letakkan di perut besar istrinya untuk memberikan usapan lembut, "kemungkinan besar kita bakal berkerumun di tangga darurat nanti. Jangan panik dan tetep di deket aku ya. Kalau cape bilang sama aku, oke?"

Renjun mengangguk gugup. Detik setelah itu tak ada hal berarti yang ia pikirkan selain berusaha fokus pada keseimbangan tubuhnya. Bukan hal mudah berjalan cepat--setengah berlari--dengan perutnya yang sudah besar dan Logan dalam gendongan di tengah kerumunan orang yang mulai berdesakan di muka pintu tangga gawat darurat. Renjun rasanya sudah kehabisan napas. Tubuhnya berkeringat hebat dan sensasi pening seketika menghinggapi benak saat melihat banyaknya orang yang berusaha menyelamatkan diri di tangga gawat darurat yang sempit dan pengap.

"Ma...."

Di tengah suasana dan perasaan kacau yang dirasakannya, suara lirih Logan seolah mengaburkan kabut di depan matanya. Bayi dua tahun itu tengah menatapnya dengan manik takut yang kentara, seolah mengerti terhadap ancaman yang tengah mereka hadapi saat ini. Dengan senyum kecil--berusaha menenangkan dirinya juga Logan, ia langsung mengelus surai putranya dengan lembut, membiarkan kepala Logan bersandar di dadanya.

"Lolo peluk Mama aja ya, jangan takut, oke?"

"Nan tatut?"

Renjun terkekeh kecil sembari memberikan kecupan sayang di puncak kepala Logan.

"Iya, jangan takut ya...."

"Tolong tetap jaga jarak, perhatikan langkah Anda! Setelah ini ikuti intruksi petugas di lantai 4!"

Suara petugas yang lantang menyambut gendang telinga mereka saat berada di akhir tangga. Jeno dengan sigap kembali mengeratkan pelukannya di pinggang sang istri, sebisa mungkin melindungi perut besar Renjun dari benturan apapun. Orang-orang berdesakan keluar dengan tak sabar seolah mengabaikan peringatan petugas tadi dan besar kemungkinan Renjun akan ikut teringsak.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang