"Pagiii Mamaaaa!"Gerakan tangannya yang tengah memotong daging sapi di talenan itu tak terhenti meski kini pinggangnya sudah terbebani oleh sebuah tangan kekar yang melingkarinya. Tanpa perlu menoleh, Renjun sudah tahu siapa orang yang saat ini tengah menciumi tengkuknya itu.
Yang pasti bukan Chenle, apalagi Logan.
"Cepetan gosok gigi sama cuci muka sebelum anak-anak keburu bangun."
Renjun berujar datar sebelum membalikkan badan dan melepaskan pelukan sang suami di pinggangnya. Sebagai ganti, ia kecup singkat pipi kurus suaminya itu, "Jangan lupa pake sunblock. Mataharinya lagi ngga bersahabat."
Jeno yang mendengar itu terkekeh kecil sembari kembali melingkari pinggang Renjun. Sebetulnya ia masih mengantuk, jam tujuh merupakan waktu yang terlalu pagi untuknya bangun di hari sabtu begini. Tapi semalam Jeno sudah terlanjur bersemangat memikirkan acara bersepeda paginya, dan ia juga menceritakannya kepada sang istri yang membuat Renjun langsung mewanti-wantinya soal pakaian tertutup dan tabir surya.
Begitu-begitu Renjun itu sangat perhatian terhadap kulit minim melanin milik suami dan anak-anaknya yang pasti akan sangat sensitif kalau terkena sinar matahari. Apalagi Chenle, bocah itu punya kulit sangat putih yang bahkan melebihi kulit putih sang papa. Renjun sampai harus teliti memilih tabir surya yang aman digunakan oleh anaknya itu kalau mereka pergi ke pantai.
"Ngga apa-apa lah, aku mau tanning biar keren!"
Satu cubitan Jeno terima di perutnya, dan pelakunya tentulah sang istri tercinta.
"Tanning sama nyari penyakit itu beda ya! Kalau kamu keluar tanpa pake tabir surya dengan kulitmu yang seputih tepung ya namanya bukan tanning, tapi nyari masalah! Udah berapa kali sih aku jelasin soal ini?!"
Jeno sweatdrop, tak menyangka akan kena semprot istrinya pagi-pagi begini hanya karena masalah tabir surya.
Wah, dugaan Jeno akan adanya calon anggota baru keluarga mereka jadi semakin menguat melihat tingkat sensitif istrinya yang semakin meningkat!
"Ih yaudah ngga usah marah!"
Jeno agak merajuk saat mengatakannya, tapi sialnya Renjun tak peduli dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Udah buruan cuci muka sama gosok gigi! Sebentar lagi hari makin siang, nanti mataharinya makin berbahaya! Aku ngga ngizinin ya kalau kamu keluar terlalu siang!"
Astaga, kenapa Renjun jadi over-attention terhadap kulitnya sih? Jeno kan jadi makin berandai-andai jika saat ini ada efek bayi manis yang membuat istrinya jadi seperti ini.
Tapi, apa korelasinya coba? Chenle saja yang digadang-gadang akan meneruskan kecantikan sang mama tidak peduli pada penampilannya tuh. Bahkan yang anak itu antusiakan cuma makanan, makanan, teriak dan tertawa, teriak dan tertawa. Kurang lebih seperti itulah siklus hidup si bayi lumba-lumba mereka.
Ah, Jeno sepertinya lupa kalau Chenle masih terlalu bayi untuk mementingkan penampilan fisik, dan terutama ia juga lupa kalau putra sulungnya itu masih kekeuh tidak mau mengakui kesempurnaan fisik turunan mamanya.
Hah ya sudahlah, memikirkan dua uke itu malah membuat Jeno lupa kalau ia harus segera ke kamar mandi dan menyelesaikan bersih-bersihnya sebelum hari keburu siang, seperti yang diwanti-wantikan sang nyonya.
-
"MAMAAAA HUAAA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./