Perut Kotak-Kotak Papa

8.6K 1K 239
                                    

Heii aku mau minta maaf karena kemarin bikin ketidakjelasan up di book ini sampe harus unpublish dua kali;")

Btw, Up malem-malem begini masih ada yang mau baca ga? Wkwkw.

Warn! Gaje a.k.a garing ga jelas!




Chenle itu anak yang kritis dan serba ingin tahu hal-hal baru, apapun bentuknya. Karenanya saat mengetahui bahwa papanya memiliki bentuk perut yang tak biasa--kotak-kotak---anak itu antusias bukan main, bertanya ini dan itu sampai membuat Renjun dan Jeno pusing.

Ya, Renjun juga jadi ikut terkena dampaknya. Chenle tidak hanya bertanya soal mengapa perut papanya kotak-kotak, tapi juga mempertanyakan mengapa mamanya tidak memiliki enam kotak di perutnya selayaknya sang papa.

Yang jadi masalah sebenarnya bukanlah menjelaskan bagaimana itu terjadi, tapi bagaimana cara meredam semangat bocah itu yang katanya ingin memiliki perut layaknya sang papa. Kalau sudah begini, ya bagian Jeno yang kebingungan sendiri:)

Setelah dijelaskan bahwa salah satu hal utama yang harus dilakukan untuk membentuk perut kotak-kotak adalah dengan berolahraga, Chenle jadi semangat luar biasa. Karenanya, ia mewanti-wanti sang papa untuk membangunkan ia pagi-pagi sekali untuk berolah raga bersama. Bocah itu katanya juga ingin memiliki perut seperti papanya!

"EH LALI-LALINYA UDAH DONG AKU CAPE BANGET DEH!"

Sejak diizinkan mamanya untuk ikut berolahraga bersama sang papa dalam rangka membentuk delapan kotak di perutnya, antusiasme si sulung Lee itu semakin menjadi-jadi. Sehabis menyantap segelas susu dan semangkuk sereal yang telah disiapkan mamanya saat sarapan, bocah TK itu mengikuti segala kegiatan olahraga yang papanya lakukan hari ini. Mulai dari pemanasan yang mereka lakukan di dalam rumah, sampai sekarang tiba saatnya mereka jogging kecil-kecilan mengelilingi komplek perumahan.

Sebenarnya mereka tidak melakukannya secara maksimal. Bagaimanapun, Jeno yang biasanya melakukan setiap olahraga secara totalitas kini harus rela melakukannya sedikit lebih ringan demi agar si sulung dapat menyamai langkah larinya.

"Yaudah Lele tunggu di sini aja. Papa mau lari dulu dua keliling lagi."

Jeno menghentikan laju kakinya sembari sedikit terengah-engah. Pria berkulit pucat itu mengusap peluh yang membanjiri pelipisnya sembari menyusul sang anak yang masih tertinggal di belakang. Tawanya mengudara lirih mendapati pemandangan Chenle dengan tank top cerah dan celana pendeknya yang kini terlihat kelelahan hingga duduk di aspal jalan dengan mata mengernyit silau.

Mereka berdua sudah seperti duo yang memberikan warna berbeda. Jeno dengan tank top dan training hitamnya, serta Chenle yang justru mengenakan pakaian berwarna cerah dengan gambar-gambar kartun yang lucu.

Percayalah bahwa itu Renjun yang memilihkan setelannya, sepasang tank top dan celana pendek berwarna pink pucat dengan gambar seekor panda di bagian perut.

"Lele duduk dulu di sana tuh!"

Jeno menunjuk gardu pak satpam yang tak terlalu jauh dari tempat mereka sekarang, "Nanti Papa jemput sekalian kita pulang."

"No! Aku maunya digendong sambil lali!"

Bocah itu menggeleng-gelengkan kepala sembari mengangkat kedua tangannya, gestur minta digendong oleh sang papa. Cengirannya terkembang lebar saat Jeno justru memberikannya pelototan tajam.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang