AU /1/

9.7K 956 147
                                    

Alternative Universe where is Chenle become teens and Jenren becoming parents-to-be again:'D




---



"Injun, beneran mau nungguin Logan di sekolah?"

Renjun yang tengah menata roti, keju lembaran, tomat, dan selada keriting untuk dibuat sandwhic itu tak terlalu menanggapi pertanyaan Jeno. Ia sedang fokus pada pernapasan dan tegang di perutnya. Tangannya sesekali memijat punggunya pelan.

Kontraksinya mulai teratur, meski jaraknya masih jauh, dan persalinannya mungkin tengah berjalan sekarang. Namun dengan segenap insting keibuannya, Renjun yakin bahwa ia masih sanggup menghadiri rapat perdana di jenjang sekolah dasar putranya itu.

"Kayanya rapatnya ngga lama, aku masih kuat. Lagian si kembar ngga mungkin lahir hari ini kan?"

"Kamu yakin?"

Jeno menatap sangsi sembari meringis kecil, agak ngeri melihat perut sembilan bulan istrinya yang sudah membulat besar--sangat besar.

Ia beranjak dari duduknya kemudian berdiri di samping Renjun, memijat pinggang istrinya seadanya, "Minta tolong Nana ajalah, atau aku hubungin Mama supaya mau ngewakilin kamu."

"Tapi ini kan perdananya Logan sekolah! Lagian di sana aku ngga cuma duduk diem buang-buang waktu. Aku dengerin penjelasan kurikulum sekolahnya, peraturannya, dinamika pendidikannya, dan lain-lain. Itu penting tau buat mantau Logan nantinya!"

Setelah berbicara agak ngegas seperti itu, Renjun meringis kecil. Ia buru-buru mengelus perut bagian bawahnya yang terasa menegang.

Oh astaga, Renjun jadi ragu pada ucapan dan keyakinannya tadi.

"Tuh kan kamu udah mules-mules kaya gini!"

Jeno kembali kekeuh pada argumennya saat tadi dibuat sport jantung oleh ringisan kecil Renjun. Ingatan pria di usia tiga puluhannya itu melayang pada saat kelahiran anak kedua mereka. Saat itu, tiga hari sebelum Logan dilahirkan, istrinya juga mendadak mulas-mulas saat menghadiri rapat perdana orang tua di sekolah dasarnya Chenle, tepat saat si sulung menginjak tahun pertama sekolah dasarnya. Beruntung waktu itu Renjun tidak kelepasan melahirkan di tengah rapat.

Memikirkan soal 'kelepasan' itu membuat Jeno bergidik ngeri sendiri.

"Kalau aku di rumah juga sama aja Jen. Lagian di sana kan aku juga ngga akan lari-lari apalagi salto. Orang-orang juga bakal ngertilah sama perut aku yang udah gede banget kaya gini."

"Ya tapi kan kalau kamu di rumah terus tiba-tiba kamu mau lahiran, seengganya kamu bisa tinggal ngeden aja."

Mendengar penuturan Jeno yang terkesan gegabah dan sangat tidak ngotak itu membuat Renjun melotot tajam.

"Jadi kamu mikir aku bakal brojol sembarangan gitu?!"

"Ngga gitu Jun!"

Jeno yang sedang khawatir dan sekarang malah dimarahi, justru makin panik. Pria tampan itu sampai ikut-ikutan mengatur napas seperti apa yang dilakukan istrinya dalam menangani kontraksinya yang kembali datang.

"Aku mau mandi air anget supaya lebih relax. Di sana juga kayanya mau banyak duduk dan ga bakal banyak gerak supaya proses pembukaannya ngelambat."

Jeno menyerah untuk membujuk Renjun dan membiarkan istrinya itu beranjak ke kamar mandi untuk menikmati air hangatnya. Namun sebelum Renjun benar-benar melakukan kegiatannya, sebuah ide terlintas di benak Jeno.

"Injun, mau aku mandiin ngga? Sekalian kupijit punggungnya!"

"NGGA!!!"

-

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang