Beberapa tahun sebelum adanya Lee Renjun, Lee Chenle, dan Lee Logan.
-
Lee Minhyung adalah sosok idaman Huang Renjun saat umurnya masih di awal dua puluhan dulu.
Kakak tingkat satu fakultasnya itu selalu menguarkan aura 'keidamanan' tiap kali menampakkan diri. Entah dalam orasinya saat mencalonkan diri sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, atau dalam kesehariannya saat menjadi mahasiswa biasa. Pokoknya, setiap ada Minhyung, Renjun selalu senyum-senyum sendiri dan dalam hati merapal doa, semoga pria yang katanya lahir dan besar di Kanada itu bisa menjadi pendamping hidupnya di masa depan.
"Ngelamunin Kak Mark lagi? Lu ga malu gitu ngehalu mulu di kampus?"
Sahabat dan satu-satunya orang yang selalu Renjun hujani dengan kehaluannya itu--Jaemin--menyenggol bahunya dengan minuman dingin yang ia bawa. Si imut Na yang kelakuan dan omongannya sangat bertolak belakang dengan wajahnya itu menatap Renjun dengan ekspresi anehnya, tindakan non verbal untuk mengejek sahabatnya yang hobi mimpi di siang bolong.
"Ngga! Cuma lagi kepikiran celetukan orang aja soal kecocokan gua sama Kak Mark hehe."
"Siape yang nyeletuk gitu?! Gua bawa ke fakultas psikologi dah, ada jasa konseling gratis di sono."
Renjun menatap sahabatnya dengan pandangan aneh, "Ngapain lu mau bawa orangnya ke sana? Itu yang ngomong si Felix lho! Lo emang deket ama dia?"
"Ngecek sapa tau dia kurang waras sampe mikir lo sama Kak Mark cocok...."
Si cantik Huang itu rasanya ingin menoyor kepala bersurai silver sahabatnya kalau sesosok jangkung dengan pakaian haram, sembrono, dan tidak layak untuk digunakannya ke kampus itu datang dengan wajah seram yang.... errr masih tetap ganteng maksimal.
Lee Jeno. Jurusan modern dance semester empat yang kata orang-orang adalah soulmate-nya Na Jaemin.
"Woi Nana!"
Si tampan yang saat ini hanya mengenakan atasan tank top hitam kebesaran dan celana jogger-nya itu berdiri di depan Jaemin dengan tatapan tajam di balik topi putihnya, "Kemane aje lu heh?!"
"Apaan si lu datang-datang ngajak ribut?!"
Si rambut silver tak mau kalah. Ia pandang balik Jeno dengan tatapan nyinyirnya, "Lu kalau mau ngajak sepedaan bareng yang manisan dikit napa Jen, jangan hawanya ngajak baku hantam mulu!"
"Ngajak sepedaan pala lu ungu! Mau minta ganti rugi gua! Gara-gara lo kemaren make sepeda gua bannya jadi kempes!"
Renjun yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menonton dua manusia berwarna rambut kontras yang sedang saling ngegas itu dengan tatapan bingung dan perasaan kikuk. Sekalipun ia dekat--sangat dekat--dengan Jaemin, tapi ia masih agak canggung dengan Jeno. Renjun hanya tahu Jeno secara general, itu pun karena si lelaki Lee itu anak yang cukup populer di kampus, aktif ikut kegiatan ini itu. Belum lagi dengan kelakuan idiot-nya kalau sedang bersama Jaemin yang akhirnya menjadi bulan-bulanan satu angkatan.
Iya, hanya sebatas itu pengetahuannya soal Jeno, karena memang tidak ada interaksi khusus yang pernah melibatkan mereka.
Lamunan Renjun yang sibuk dengan kecanggungannya buyar oleh gerakan Jaemin yang berdiri dengan wajah tak ikhlas.
"Iye iye gua bawa ke bengkel sekarang nih! Mana sepeda lo?!"
"Noh di parkiran motor!" Jawab Jeno sembari merebut minuman kopi dingin Jaemin dan menyedotnya dengan tidak santai, "Kopi lu buat gua ye. Lu kan ga mungkin bawa-bawa sepeda sambil minum kopi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./