Romantisasi Hujan ala Papa dan Mama

6.2K 848 112
                                    

Seharian ini hujan terus-menerus turun. Sejak pagi langit sudah gelap ditutupi awan bermuatan air yang tebal dan keruh. Sinar matahari hanya muncul sesekali di waktu-waktu siang, itu pun hanya sebentar sebelum terganti menjadi mendung lagi.

Berdasarkan kondisi cuaca yang sedang lembap begini maka beberapa orang memilih untuk tetap berada di rumah, menghabiskan waktu di selimut hangat dengan teh atau kopi panas yang enak. Sebuah teori klasik tentang hujan dan orang-orang yang berlindung di baliknya. Tak terkecuali, orang-orang di bawah naungan rumah yang dikepalai oleh Lee Jeno ini.

Niat mereka sore ini adalah pergi ke mall. Ada hiburan untuk anak-anak dalam rangka memeriahkan momen halloween tahun ini. Tapi entah mengapa, cuaca yang sejak pagi tak bersahabat membuat dua sosok orang tua itu mengantisipasi kalau-kalau mereka tidak jadi pergi dan harus tetap berada di rumah. Chenle pasti protes dan banyak bertanya, tapi itu tidak masalah dibanding mereka harus pergi dan menghadapi resiko yang lebih banyak memuat masalah.

"Mama udah bikin potato mash nih, kejunya juga dibanyakin. Kak Lele sama Lolo makan barengan ya...."

Dari arah dapur ibu hamil itu berujar semangat sembari membawa nampan berisi satu buah mangkuk dan dua gelas susu. Dua bayi kakak-beradik yang tengah menghabiskan waktu di ruang tv dengan mainan mereka yang berserakan itu menyambut kedatangan sang mama dengan riang. Maklum, katanya tadi keduanya mengeluh sudah sangat lapar.

"Aku mau suapin Lolo ya!!"

"Apin Lo ya!"

Renjun mengangguk senang menanggapi pertanyaan si kakak yang bersemangat hendak menyuapi adiknya itu. Ia mengecup gemas pipi gendut kedua bayinya yang masih menguarkan bau strawberry itu. Akhir-akhir ini mereka sering menggunakan sabun yang sama dan karenanya wangi keduanya juga jadi serupa. Wangi-wangi khas bayi yang menggemaskan dan bikin nagih!

"Hihihi kamu seneng yah Lolo mau aku suapin?!"

Chenle berujar semangat sembari menggoda adiknya tadi. Bocah bersetelan kaus tidur itu mendekatkan wajahnya ke wajah sang adik, memandangi wajah Logan dengan senyum lebar sebelum memberikan pipi lembut adiknya sebuah kecupan manis. Renjun yang disuguhi adegan manis antara kakak-beradik itu hanya tersenyum sembari menahan gemas, takut mengganggu waktu Kak Lele dan Lolonya.

"Nanti kamu aku ulusin ya Lolo! Nanti aku masakin telus ummm aku suapin deh.... nanti kan Mama ulusin adik bayi beluang jadi Lolo aku yang ulusin yaaaa!"

"Ah masa bayi gendut bisa urusin Lolo!"

Suara yang tidak diharapkan datang menyapa indra penderangan. Renjun sudah mengantisipasi kalau-kalau nanti si sulung kembali ngambek maka ia akan menyuruh suaminya itu mengerjakan pekerjaan lain agar tidak mengangguk putranya. Ngomong-ngomong, Jeno baru kembali dari mengelap halaman depan yang basah akibat hujan. Tenang, bukan Renjun yang menyuruh kok. Papa tampan itu memang kadang suka berinisiatif mengerjakan pekerjaan rumah yang sekiranya tidak bisa dilakukan Renjun yang sudah berperut besar. Salah satunya, mengepel lantai.

"Emang urusin gimana Kak Lele? Nanti Mama berarti ngga usah ngurusin Kak Lele sama Lolo lagi ya hm?"

Chenle yang tadi sempat memberengut kesal karena pertanyaan sang papa itu kembali berbinar cerah saat mendengar respon mamanya. Ia yang baru menyuapi Logan sesuap camilan buatan sang mama itu mengangguk semangat lantas mendekatkan diri ke arah sang mama yang kini sedang selonjoran sambil bersandar ke sofa.

"Iya Mama ngga usah ulusin aku sama Lolo yaaa kalena Mama halus ulus adik bayi beluang aku hihihi!"

"Serius? Nanti Mama ngga usah puk-puk pantat Kak Lele sama Lolo lagi?"

"Puk puk Looooooo!"

Chenle menggeleng yakin lantas mulai menunjukkan raut wajah seriusnya, "Iya selius deh! Nanti aku pagi-pagi masak telus aku ulusin Lolo. Telus nanti aku mandiin Lolo telus ajak main Lolo. Telus puk-pukin pantat Lolo sebelum tidul!"

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang