Om Dery

6.4K 910 129
                                    

Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya di kediaman keluarga Lee. Mama jadi penghuni yang pertama bangun saat alarm Papa berbunyi hanya untuk pria itu matikan kemudian kembali tidur lagi. Renjun yang meskipun sudah kebal dengan tingkah suaminya kadang ingin sekali menarik paksa tubuh bongsor itu untuk turun dari kasur, sekedar mempertanggungjawabkan alarm pukul enamnya yang benar-benar mengganggu tidur.

Waktu melewati ruang tengah, ibu dari calon empat bayi itu terperangah tak percaya mendapati pemandangan si sulung yang kini tengah tengkurap di lantai sembari memeluki kucing gendut papanya, berceloteh dengan suara setengah berbisik yang terdengar lucu dan menggemaskan di telinga Renjun.

"Kak Lele udah bangun?"

Mendengar suara mamanya membuat si sulung sontak mendongak kemudian mengerjap-erjap lucu, sebelum tersenyum lebar hingga matanya hilang.

"HAIIIII MAMAAAAA!!"

Renjun terkekeh senang waktu tubuh kecil tapi gemuk itu berlari rusuh ke arahnya sembari diam-diam membatin,

"Kok ini bayi pagi-pagi bisa seceria ini ya?"

"Hai Kak Lele~ udah bangun daritadi ya Sayang? Kok ngga bangunin Mama?"

Chenle menggeleng-geleng lucu sembari menerima uluran tangan mamanya. Mereka kini beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Bocah berkulit pucat itu mulai mengerti bahwa setiap bangun tidur setidaknya ia harus cuci muka, cuci tangan, dan cuci kaki sebelum sarapan atau menyantap apapun.

"Aku kan ngga mau bangunin Mama kalena nanti kasian banget deh adik bayi beluang aku jadi ngantuk!"

Tangan Chenle kini mendarat di perut buncit mamanya, mengelusnya dengan cengiran lebar sebelum kepalanya mendarat dengan manis di sana dengan mata tertutup lucu, ceritanya sedang menikmati gerakan dua adik bayinya di perut sang mama.

Renjun yang melihat tingkah menggemaskan si sulung tidak dapat menahan diri untuk tidak memeluk gemas tubuh pendek itu dan menghujaninya banyak ciuman yang membuat Chenle terkikik senang. Renjun kemudian mendudukkan Chenle di kursi makan, membiarkan si sulung memikirkan apa yang ingin dilakukannya sekarang. Chenle itu kalau bangun pagi-pagi selalu Renjun beri kesempatan untuk melakukan hal yang sekiranya dapat ia lakukan sembari menunggu teman mainnya--Lolo--bangun. Entah itu menawarinya untuk masak bersama, menawarinya segelas susu dan sepiring biskuit sebagai camilan sebelum sarapan, maupun membiarkan Chenle main di luar dengan sepeda mungilnya.

"Aku mau makan es klim deh!"

Permintaan sang anak yang tiba-tiba dan sangat keluar dari list penawaran itu membuat Renjun yang tengah menalikan celemek di pinggangnya mengerut bingung. Mama cantik itu lantas menatap tajam putranya yang kini malah terkikik renyah sendiri.

"Hihihi ngga deh aku becanda~ nanti kalau makan es klim aku jadi batuk kan! Ohok ohok...."

Oh, ternyata si sulung sedang membercandai mamanya. Renjun yang tadinya mau pura-pura marah jadi malah tertawa gemas sendiri melihat Chenle yang kini sibuk menirukan orang yang sedang batuk, lengkap dengan kepalan tangan di depan mulut dan wajah yang diangguk-anggukkan.

"Ohok-ohok...."

Ya ampun, anak Lee Jeno kok bisa selucu ini ya? Batin Renjun, tak sadar kalau justru ia yang melahirkan anak yang katanya lucu itu.

"Ohok-ohok ohok-ohok! Hih lucu banget sih anak bayinya Mamaaa~"

"No no no! Aku udah setinggi lampu! Bukan anak bayi!!"

"Ah masa? Kak Lele masih bayi ah, bayinya Mama!"

"Iya aku udah dewasa! Selius deh!"

Oke, Renjun manut-manut saja. Ibu muda itu sadar kalau ia terus menanggapi ocehan anaknya mungkin acara memasaknya tidak akan segera dimulai.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang