Perut Kotak-Kotak Papa (2)

8.2K 983 378
                                    

I'm not sure this chap will be cute such as prev chapter but let's just read it okay?👌

Btw setelah melewati 50-an chap ini, ada ngga sih dari kalian yang bertanya-tanya kira-kira aku terinspirasi karakter Chenle dari mana?


-

"Kak Lele peluk Papa aja ya, jangan gerak-gerak sama jangan berisik. Nanti kalau Papanya ngebut baru Kak Lele marahin Papa, oke?"

"Oke!!"

Bocah yang baru saja diberi wejangan oleh sang mama setelah dipakaikan helm sepeda itu mengacungkan jari gendutnya lucu. Ia berusaha melihat wajah mamanya saat matanya kini sedikit tertutupi oleh helm kebesaran milik papanya waktu kecil, yang kini dengan bangga diwariskan kepada si sulung. Renjun yang mendapati pemandangan super lucu Kak Lelenya dengan setelan tank top pink pucat, sepatu olahraga berwarna senada, dan helm kebesaran itu tertawa gemas sebelum menghujani pipi gemuk kemerahan putranya dengan ciuman kasih sayang.

"Kalau cape bilang Papa ya...."

"Mana ada dia cape? Ada juga aku yang cape huuu!"

Jeno menyahuti dari dalam. Pria yang sudah mengenakan setelan olahraga lengkap itu memberikan tatapan tajamnya kepada Chenle yang hanya dibalas oleh sang anak dengan kikikan kecil.

"HIHIHI NGGA BOLEH MALAH MALAH YAH PAPA NONOOO~"

"Tuh dengerin Papa Nono, jangan marah-marah!"

Renjun ikut menyahuti sembari kini bangkit dari posisinya tadi untuk memberikan Jeno suntikan energi, sebuah kecupan ringan di pipi. Mama dari bayi-bayi menggemaskan itu kemudian memakaikan Jeno sunscreen di pipi setelah sebelumnya memakaikan produk kesehatan kulit itu di pipi gemuk putra sulungnya.

Diperlakukan manis begitu membuat Jeno jadi senyum-senyum sendiri, meski pada akhirnya ia tetap pura-pura merajuk saat si sulung menangkap momen singkat mereka tadi.

"EH MAMA AKU JUGA MAU DICIUM LAGI DONG!"

"No, ga boleh!"

Jeno buru-buru mengangkat tubuh itu, membawanya jauh dari sang mama lalu mendudukkannya di jok sepeda yang sedari tadi berdiri manis di depan pekarangan rumah mereka. Chenle yang dinaikkan di sepeda tinggi papanya sontak membisu takut. Matanya terbelalak lucu dan kekehan paniknya terdengar tak lama setelah itu.

"EHHH AKU MAU TULUN DONG! AKU TAKUT BANGET DEH!!"

"Ga! Diem dulu di sana!"

Sang papa yang memberikannya tatapan tajam itu langsung tersenyum jahil saat berbalik dan menghadap istrinya yang kini sedang mendengus sebal ke arahnya, "Liat Ma anaknya! Lucu banget kaya Bongshik!"

"Sembarangan! Lucuan Lele lah!"

Renjun memakaikan Jeno sebuah baby holder sebelum menjemput si bayi yang kini sudah merentangkan tangan minta diturunkan dari sepeda papanya. Ia terkekeh kecil saat melihat wajah tegang Chenle.

"Wah berat banget Kak Lele!" Ujarnya, pura-pura kepayahan saat mengangkat tubuh sang anak. Chenle yang dibilang begitu semakin terkikik senang.

"IYA KAN AKU UDAH SETINGGI LAMPU HIHIHI!"

Ibu cantik itu hanya manut-manut saja, tak membantah ujaran si sulung dengan kalimat familiarnya itu. Sejak punya adik, Chenle itu selalu kekeuh menganggap bahwa dirinya sudah dewasa, sudah setinggi lampu. Semua anak kecil lain jadi ia anggap adik bayi, bahkan terkadang, papanya sendiri.

Chenle menganggap Jeno anak bayi bukan hanya karena papanya itu suka pura-pura merajuk saat meminta ciuman dan pelukan, tapi juga karena Jeno itu suka meminta hal-hal yang selayaknya diberikan seorang ibu kepada anak bayinya. Salah satunya adalah, minta dimandikan.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang