Time to Love (Final)

3.5K 601 167
                                    

Jeno itu tidak pernah bangun pagi apalagi jika kemudian menyibukkan diri. Tapi pagi yang kali ini Renjun hadapi ternyata lain lagi; Jeno bangun tak lama setelah Renjun berada di dapur untuk menyiapkan sarapan, tergesa-gesa untuk pergi dengan sebuah tas jinjing berisi pakaian.

Renjun perlu mencerna keadaan selama beberapa saat sebelum otaknya lantas mem-parafrasekan kebingungan dalam bentuk pertanyaan,

"hah? Jeno mau pergi? Dia bisa bangun sepagi ini?"

"Hei mau kemana? Ngga mau minum susu dulu?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Jeno semakin merajuk kesal. Dengan wajah tertekuk marah ia mendelik istrinya sebal, dan Renjun yang menyadari itu hampir menepuk jidat saking merasa ceroboh dan tak hati-hati.

Haduh, Renjun lupa kalau Jeno itu benci sekali ditawari susu karena kesannya ia sama seperti Lele dan Lolo!

"Jen--oh, mau laundry? Kenapa ngga di sini aja sekalian? Kebetulan aku juga mau nyuci habis ini."

Renjun sampai pada kesimpulan bahwa Jeno akan cuci baju saat suaminya itu memilah-milah pakaian dari dalam mesin cuci dan memasukkannya ke dalam tas jinjing yang ia bawa, yang sebagian besar hanya pakaian miliknya. Si papa tampan itu hanya diam waktu Renjun berdiri tak jauh darinya sembari terlihat seperti tengah mengawasi, menunggu respon dari ucapannya barusan. Jeno yang merasa kikuk karena diperhatikan seperti itu buru-buru pergi tanpa mengindahkan Renjun sama sekali, takut ketahuan bahwa ia tengah gugup dan kikuk secara bersamaan.

Sementara Renjun yang masih mendapatkan respon bisu sang suami hanya dapat menghela napas lelah, berusaha meredakan kesal dan rasa bersalah yang secara bersamaan bergumul sibuk di dalam dada.

Ya ampun, rupanya si Nono ini masih ngambek!

....

Di tempat laundry, sembari menunggu pakaiannya yang sedang dicuci, Jeno merenung sendiri dengan wajah bangun tidur yang terlihat naas dan mengenaskan. Sejak semalam ia belum menyantap apapun--karena ketiduran saat main game--dan ini masih terlalu pagi untuk dirinya bangun serta keluar rumah dengan perut kosong. Kalau Renjun tahu ia mungkin akan dimarahi, karena sungguh, istrinya itu benar-benar ketat soal jadwal makan dan kadang-kadang juga sedikit keras jika sudah berhadapan dengan nilai gizi dari makanan yang mereka--Lele-Lolo-Nono--makan. Jeno jadi ingat bahwa terkadang Renjun mau untuk menyusahkan diri demi membuat mie rumahan yang sehat dan aman bagi bayi-bayinya--termasuk Jeno--yang memang hobi makan mie.

Tapi itu hanya mungkin--mungkin bahwa Renjun akan marah, mungkin bahwa Renjun akan khawatir. Namun di antara dua mungkin itu, satu yang pasti adalah bahwa Renjun mungkin tak peduli pada kondisinya saat ini.

Lagipula, siapa juga yang akan mengkhawatirkan anggota keluarga yang tak berguna dan menyusahkan sepertinya? Yang ada, Renjun justru mungkin senang sebab ia tak mengacaukan paginya, tak membuat anak-anak berteriak kesal, tak membuat anjing-anjing mereka menggonggong semangat minta diajak pergi ke luar--entah mengapa, Daegal dan Benji ini senang sekali kalau sudah bersama Jeno, seolah ia adalah teman satu spesiesnya--juga tak membuat Renjun kerepotan karena tingkah Jeno yang kalau pagi hari manjanya melebihi Chenle dan Logan. Pokoknya, mungkin istrinya yang sangat perhatian dan--diam-diam--penyayang itu sedang bersorak senang karena ketidakhadiran dirinya alih-alih mengkhawatirkan soal makan.

Yah, kalau dipikir-pikir, memang menyedihkan juga hidupnya--batin Jeno, sembari kembali memasang wajah nelangsa bak anak anjing yang dibuang majikannya. Entah mengapa ia jadi sensitif begini waktu merefleksikan bagaimana perilakunya selama ini, dan bagaimana persepsi sang istri terhadapnya.

Ternyata, ia memang setidak berguna itu ya?

Tak mau berlama-lama tenggelam dalam lamunan, Jeno buru-buru beranjak dari sana untuk mengambil cuciannya yang mungkin telah selesai. Habis ini ia akan mampir dulu ke restoran cepat saji yang buka dua puluh empat jam untuk sekedar sarapan--pikirnya. Saat akan masuk ke dalam, Jeno menyadari bahwa dirinya sejak tadi tidak hanya melamun seorang diri, melainkan bersama seorang pria lain yang kelihatannya sudah paruh baya dan juga sedang menunggu sepertinya.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang