Sebelum baca, tebak dulu yuk ini genrenya apa?👀
---
Jeno punya satu rahasia yang selama bertahun-tahun ini ia jaga. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, termasuk Renjun.
----
Akhir musim gugur di tahun 20xx.
Jeno berlari, berusaha menyamai langkahnya dengan bus yang hendak berhenti di halte berjarak kurang dari dua ratus meter dari tempatnya berpijak. Napasnya sedikit memburu saat tangannya telah menggenggam erat pegangan bus yang tinggi. Tubuhnya sedikit terhuyung saat kendaraan umum yang dipijakinya itu mulai bergegas pergi setelah memastikan bahwa orang-orang yang berdesakan di halte telah masuk dan menempati masing-masing tempat yang tersisa, termasuk Jeno di dalamnya.
Telapak tangan yang dilingkari smart watch hitam itu terangkat, menunjukkan angka dua lewat lima puluh empat. Ia menghembuskan napas lega; tahu bahwa ia tak terlambat.
Hari seharusnya masih seperti pada selayaknya pukul dua, atau tiga. Tapi saat Jeno keluar bus dan berdiri di depan gerbang kampusnya yang tinggi, langit mulai tampak seperti pukul empat atau lima.
"Jeno!"
Suara seseorang yang memanggilnya membuat ia menoleh seketika. Di hadapannya, muncul sang tercinta dengan coat panjang yang membungkus tubuh tak terlalu tingginya. Sebuah paper map lelaki itu rengkuh dengan erat dan hati-hati.
Jeno tersenyum lebar, terlampau lebar. Tangannya langsung meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukan.
"Aku ngga terlambat, kan?"
Renjun yang kini telah mengikuti langkah kaki kekasihnya itu menggeleng kecil. Ia sadar bahwa Jeno membawanya ke koridor kampus sekarang, membawanya duduk di kursi paling luar yang menghadap langsung pada lapangan depan.
Musim gugur yang telah berada di penghujung masih menggugurkan daun-daun maple yang kekuningan, dan Renjun suka pemandangan ini.
"Ngga, aku baru keluar. Tadi banyak juga kok yang ngambil berkas-berkas."
Ngomong-ngomong, Renjun baru saja di wisuda minggu lalu. Hampir selama sepekan ini ia jadi sering bolak-balik kampus untuk mengurusi berkas ini-itu yang kira-kira dibutuhkannya sebagai bentuk formal dari kelulusan. Dan ini adalah hari terakhirnya.
Jeno mengangguk kecil, tampak tak menaruh banyak minat. Tubuhnya lantas ia sandarkan pada bahu kursi di belakangnya, "waktu mau jemput kamu ban mobilku bocor. Jadi aku lari-larian ngejar bus tadi."
Mendengar itu Renjun terkekeh sembari ikut menyandarkan tubuhnya ke kursi yang ia bagi bersama Jeno, "ngapain harus lari-larian sih? Santai aja kali!"
Jeno ikut tertawa kecil. Matanya terpejam sesaat, dan saat terbuka, ia menyadari sesuatu di langit sana.
Seketika bibirnya tertarik cerah. Dengan heboh, ia bawa tubuh sang kekasih untuk semakin dekat dengannya.
"Kita di sini dulu ya!"
"Huh?"
Renjun tak mengerti mengapa Jeno jadi tiba-tiba semangat seperti ini setelah sebelumnya tampak kesal—karena cerita ban mobilnya—dan kelelahan—saat cerita tentang naik busnya—dan kini tiba-tiba ceria seperti ini. Ia yang pinggangnya sudah dilingkari lengan kuat calon suaminya itu terbengong bingung saat menyadari mata Jeno yang tampak bersemangat memandangi langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY TALE [ NOREN-LE ]
FanfictionMake your days full of joy with Papa, Mama, and their cutest tiny replicas🎈 Warn! BxB; mpreg; misgendering; random time set and plot! /A high probability of typos./