3. Byunttae

5.6K 452 26
                                    

Met baca, beib.

Alena menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena menghela napas.
Gadis itu mencoba mengendalikan deru napasnya yang masih memburu sehabis berlari.

Tentu saja, dia harus berlari mengejar Bus menuju kampusnya. Beruntungnya Bus itu berhenti. Selain itu, Alena juga harus mengejar waktu yang sempat terbuang sebab meruntuki cowok aneh bergigi kelinci yang dengan entengnya meninggalkannya di trotoar jalan.

Memangnya Kookie pikir Alena ini cewek apa?

Alena bersumpah, dia akan menghajar Kookie setelah ini. Cowok itu kurang ajar, baru hari pertama dia bekerja tapi sudah menghadapi cobaan yang membuatnya gusar. Lebih parahnya, saat didepan sang Bunda, Kookie dengan senang hati menerima untuk berangkat bersama. Begitu setelahnya Alena dituruni dan ditinggalkan.

Apa ini yang dimaksud Suga?

Ah, entahlah. Daripada berpikir yang membuat tensi darahnya menaik. Alena lekas bergegas untuk memasuki kelasnya. Seketika langkahnya terhenti diambang pintu tatkala mendapati tatapan dari Dosen berkumis tebal yang kini sudah memasuki kelas lebih dulu.

Okey, kegiatannya berlari tadi ternyata sia-sia. Alena terlambat memasuki kelas Dosen Christ. Dan kelanjutan yang akan terjadi adalah Alena tidak dapat mengikuti mata kuliahnya.

“Maaf, Pak, tadi ada kendala,” cicit Alena sembari menunduk. Jemarinya memainkan ujung bajunya, berharap sang Dosen dapat memaafkan dan memperbolehkannya mengikuti mata kuliah.

Sebab tidak ada jawaban, Alena mengangkat kepalanya untuk menatap Dosen Christ dan mendapati Pria setengah baya itu mengangguk. Mencipta lengkungan kurva pada kedua sudut bibir Alena, dia seakan memiliki secercah harapan.

“Serius, Pak? Jadi saya boleh ikut mata kuliahnya, 'kan?”

“Boleh, tapi diluar okey? Sana selama dua jam ini habiskan waktumu diluar, Alena!” sergah Dosen Christ. Begitu setelahnya, dia kembali melanjutkan aktifitas mengajarnya dan membiarkan Alena yang masih terdiam diambang pintu.

Mau tidak mau Alena menurut. Dia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan kelas dan berjalan menuju kantin. Yah, mau kemana lagi. Setidaknya dia masih bisa mengikuti mata kuliah yang kedua.

Apa-apaan Dosen Christ, kalau diluar itu namanya tidak boleh mengikuti, astaga!

Alena berjalan melewati koridor. Gadis itu melangkah sambil memperhatikan kedua tungkainya yang dibalut dengan sneakers berwarna putih. Beberapa sekon kemudian langkahnya terhenti sebab ada seseorang yang menabrak tubuhnya.

“Ahh,” Alena menyentuh kepalanya, berlalu mengalihkan pandangannya kedepan sampai kedua maniknya mendapati cowok berkulit tan.

“Ah, maaf-maaf,” ucapnya kikuk. Cowok itu bingung harus melakukan apa, sedangkan sesekali dia melirik ke belakang seperti tengah mencari sesuatu.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang