19. Deep Talk

2K 272 40
                                    

Keadaan menjadi hening usai Graceva mengatakan suatu hal yang membuat ketiga putranya terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan menjadi hening usai Graceva mengatakan suatu hal yang membuat ketiga putranya terkejut. Apalagi si bungsu yang sampai meninggalkan makan malam.

Alena bergerak sampai gadis itu dititahkan oleh Graceva untuk mendatangi kamar Kookie dan membawa makan malamnya. Graceva dan Suga sudah mencoba untuk berbicara dengan si bungsu, tetapi mereka justru diabaikan.

Jujur saja, Alena tidak pandai dalam hal membujuk. Kalau seandainya, Kookie adalah anaknya, Alena akan membiarkan cowok kelinci itu ngambek di kamarnya sampai dia keluar sendiri karena lapar. Serius!

Itu hanya bayangannya. Karena faktanya, Alena pun mengkhawatirkan keadaan Kookie yang tiba-tiba saja meninggalkan makan malam disaat sang Bunda tengah berbicara.

Kini Alena berjalan menuju kamar Kookie, sembari di tangannya membawa sebuah nampan berisi makan malam dan segelas air. Gadis itu berhenti sejenak di depan pintu kamar, kemudian tangannya mengetuk perlahan pintu kayu itu.

Tidak ada sahutan. Bahkan tanda-tanda pintu akan terbuka pun tidak ada.

Alena menghela napas pelan. Tangannya bergerak untuk menyahuti gagang pintu itu. Dia membukanya perlahan, membuat manik kembarnya mendapati Kookie yang tengah terduduk di sisi ranjang sambil menghadap balkon kamarnya.

“Kookie...!” panggil Alena pelan. Perlahan tangannya menutup pintu kamar itu. Tungkainya melangkah untuk meletakkan nampan di atas nakas, “Kau tidak lapar?”

“Ngapain kau ke sini?”  tanya Kookie tanpa menoleh. Nada bicaranya terdengar datar dan parau.

“Disuruh Bunda antar makanan.” Alena masih berdiri, menatap ke arah Kookie yang masih enggan untuk menoleh. Dilihatnya si bungsu sesekali menunduk, Alena tidak tahu pasti apakah Kookie sedang menangis atau tidak.

Tidak ada jawaban. Keadaannya benar-benar hening. Sementara, Alena masih memikirkan apa yang harus dia lakukan agar Kookie mau menghabiskan makan malamnya.

“Kau mau cerita?” tanya Alena akhirnya. Barangkali, itu yang Kookie butuhkan saat ini; seorang pendengar. Mungkin setelah lega usai menceritakan apa yang dia rasakan, Kookie akan menyantap makan malamnya.

Pun Alena membawa langkahnya untuk mendekati keberadaan Kookie. Berjalan perlahan dan berhenti di samping cowok kelinci itu. Beberapa sekon berdiri, Alena tidak mendapati tanda-tanda Kookie akan bersuara, barangkali mengangkat kepala pun tidak.

Kepala Alena mengangguk pelan, “Ah! Baiklah, kau membutuhkan waktu untuk sendiri? Aku akan pergi. Jangan lupa habiskan makan malammu!” titahnya pelan. Kemudian tubuhnya berbalik, hendak memberikan ruang untuk Kookie menyendiri.

Namun, belum sempat beberapa langkah terambil. Langkahnya terjeda tatkala Kookie meraih pergelangan tangannya. Membuat tubuhnya kembali berbalik dan mendapati si bungsu dengan wajahnya yang memerah.

Sekon berikutnya, tangan Kookie memberikan tarikan pelan yang berhasil membuat tubuh Alena berada tepat di hadapannya. Kemudian, kedua tangan itu beralih untuk merengkuh pinggul Alena.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang