12. Damn Party

2.5K 320 51
                                    

Libur kuliah, siang ini Jimmy mengajak Alena ke Kafe miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Libur kuliah, siang ini Jimmy mengajak Alena ke Kafe miliknya. Pun Alena dengan senang hati menyetujui dan Bunda memperbolehkan.

Yah, hitung-hitung refreshing daripada selalu di rumah, pikir Alena.

Kini keduanya sudah sampai di Kafe yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Jimmy sendiri sudah memiliki tiga pegawai yang bekerja di Kafenya. Terkadang, cowok blonde itu pun ikut turun tangan meracik kopi sendiri. Terlebih lagi kalau yang membeli gadis sekolah menengah dan kuliahan. Kalau Jimmy ada di Kafe, mereka semua pasti meminta Jimmy untuk membuatkan kopi pesanan mereka.

Kalau para gadis itu bilang, biar ada manis-manisnya kalau Jimmy yang membuat.

Tentu, Jimmy menuruti dengan senang hati. Keinginan pelanggan adalah tanggung jawabnya.

Jimmy dan Alena mendapat tatapan menyelidik tatkala tungkai keduanya memasuki Kafe. Itu ditunjukan dari dua barista yang tengah membuat kopi, kegiatannya mendadak terjeda karena Jimmy membawa seorang gadis.

Gadis yang berbeda dari sebelumnya.

Sebelah alis Jimmy terangkat, dia menyadari tatapan dua barista itu mengarah ke arahnya. Lantas tungkainya berjalan mendekati meja besar itu, “Kenapa, hmm?” tanyanya kemudian.

Dua barista yang bekerja untuk Jimmy itu semakin menunjukkan wajah konyolnya. Salah satu dari barista yang bernama Hobie sesekali melirik eksistensi Alena yang masih melihat-lihat ruangan Kafe.

“Pacar ya, Pak?” tanya Hobie.

June; barista satunya yang masih menggenggam cangkir kopi tergelak, sebelah tangannya menepuk bahu Hobie. “Yang ke berapa, ya?” Bukannya melayangkan pertanyaan langsung ke Jimmy, June justru bertanya pada Hobie.

“Memang dia cocok jadi pacarku?” tanya Jimmy yang justru menanggapi dengan santai. Jemarinya sempat menunjuk samar keberadaan Alena yang nampaknya mulai mendekat.

Hobie mengangkat kedua bahunya, lengkungan kurva masih terpatri. Mendapat pertanyaan itu dari sang atasan, Hobie justru melirik ke arah June untuk meminta jawaban.

Baru saja June hendak bersuara, Alena sudah lebih dulu berada di hadapan mereka bertiga. Gadis itu tersenyum tipis sembari membungkuk sopan, langkahnya berhenti di samping Jimmy.

“Halo!” sapa Hobie dengan ramahnya. Sementara June mengembangkan senyum dengan sekali membungkuk.

Mendapati Alena yang sudah berada di sampingnya, Jimmy berniat mengajak Alena masuk ke dapur. Saat di perjalanan Alena memang mengatakan pada Jimmy kalau dia ingin tahu cara membuat kopi, apalagi Latte art yang pernah Alena minum di Kafe dekat kampus.

Tanpa mengatakan apapun, Jimmy lekas meraih tangan Alena, membawa gadis itu memasuki area dapur—tempat keberadaan June dan Hobie.

“Pindah sana!” titah Jimmy pada dua pegawainya itu. Tanpa protes, keduanya lekas meninggalkan Jimmy dan Alena.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang