Orang bilang hari senin itu Monster day.
Tetapi bagi Alena tidak.
Yah benar. Karena setiap hari adalah monster day untuk Alena. Bayangkan saja, kemarin hari minggu yang di klaim orang sebagai hari liburan. Nyatanya tidak berlaku untuk Alena selama dirinya berpijak di lantai marmer yang sama dengan si bungsu Kookie.
Baiknya, awal pagi ini belum terjadi apapun.
Sejak tiga puluh menit yang lalu, Alena dan Bibi Rae sudah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga Graceva. Beberapa pekerjaan rumah sudah Alena selesaikan, menjadikan pekerjaannya sepulang kuliah nanti tidak terlalu menumpuk.
Tubuh mungil itu berdiri di depan cermin. Manik kembarnya menatap dirinya yang kini masih dibalut piyama yang semalam Alena pakai tidur. Tetapi sungguh, pagi ini dia sudah mandi. Hanya saja, Alena mendapat kabar kalau jam mata kuliahnya hari ini di undur sampai pukul sepuluh nanti. Dan sekarang hampir pukul delapan pagi.
Berlalu Alena membalikkan tubuhnya, sepertinya dia akan memutuskan untuk menonton TV sambil menunggu jam kuliah nanti.
Tungkai jenjangnya berlari kecil menuruni anak tangga, di ruang keluarga dia mendapati TV menyala, tetapi tidak ada siapapun di sana. Tanpa berniat mencari, Alena lekas mendudukan dirinya di sofa.
“Hahh-” Alena menghela napas panjang. Punggungnya dia sandarkan di sofa bed mahal milik Graceva. Kini gadis itu benar-benar sudah menikmati pekerjaannya, walaupun bujang-bujang Graceva menyebalkan, tetapi sikap baik wanita itu membuat Alena nyaman bekerja di sini.
Graceva sudah seperti ibunya sendiri.
Jemari lentiknya menekan setiap tombol pada remot TV, gadis itu berniat menonton kartun yang biasanya selalu disiarkan pada pukul delapan pagi.
Belum sampai menit ke sepuluh netranya memandangi acara kartun itu, tiba-tiba ada benda asing melayang hampir mengenai kepalanya, beruntungnya benda itu hanya mengenai sedikit pelipisnya.
Tubuhnya sedikit membungkuk, berniat untuk mengambil benda itu yang terjatuh di sisi sofa, ternyata itu sebuah kotak berisi cotton buds.
Lebih dulu manik kembarnya mengamati benda itu, sampai akhirnya Alena mengalihkan pandangannya ke samping. Dia mendapati Jimmy berjalan ke arahnya.
“Kau yang melempar?” tanya Alena.
Jimmy terkekeh tipis sambil mengangguk, “Maaf.” Kemudian cowok blonde itu mendudukan dirinya di samping Alena.
Baru saja hendak bersuara, Alena dibuat terkejut tatkala Jimmy menempatkan kepalanya di perpotongan paha miliknya. “Ya! Apa yang kau lakukan?”
Merasa risih karena tingkah Jimmy yang tiba-tiba, membuat tangan Alena berusaha menyingkirkan kepala cowok blonde itu dari pahanya. Oh ayolah, selain menyebalkan ternyata tiga bujang Graceva selalu bisa membuat jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Novela JuvenilAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...