'PROLOG'

18.4K 822 58
                                    

Selamat datang!
Disini gak ada konflik berat, semua ringan-ringan aja.

Cuma nahan kangen yang berat. Ea.

---

Disclaimer:
Cerita ini murni dari pemikiran penulis dan hanya bertujuan untuk menghibur. Tidak berkaitan dengan karakter asli sang visualisasi. Jika ditemukan kemiripan, itu terjadi karena ketidaksengajaan.

----

Dear, Baby.” — meidiniken.

” — meidiniken

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“CHIMM..!!”

“VEE..!!”

“KOOKIE..!!”

Suara itu mengudara, memenuhi seluruh penjuru ruangan hingga menggema. Membuat sang pemilik nama menutup telinganya rapat-rapat. Kendati tak sedikitpun membuat sang Bunda tidak menggerutu.

Astaga! Punya anak semakin besar malah semakin menjadi,” lirih sang Bunda— Chua Graceva.

Single parent dari empat orang putra itu berkacak pinggang. Setelah pulang bekerja dari luar kota selama beberapa minggu, ia langsung mendapati rumah mereka benar-benar hancur. Seperti tidak ada kehidupan. Sampah dimana-mana, pakaian yang terletak tidak pada tempatnya, lantai mamer yang kotor serta sofa puluhan juta miliknya sudah tak berbentuk.

Tak lama presensi tiga pribadi itu terlihat menuruni anak tangga.

Yang pertama—Alister Jimmy, wajahnya terlihat baru bangun tidur, pakaiannya compang-camping, matanya sembab, dan nampak linglung.

Yang kedua—Alderich Veernon, terlihat tengah menggenggam ponsel. Dia mengacak gusar surainya, berlalu menghentikan game yang sejak tadi menjadi hiburannya.

Yang ketiga—Alterish Kookie, pun tak jauh berbeda dari yang kedua, sebab ditangannya terdapat posel. Dan jangan lupakan mulutnya yang terisi dengan lolipop kecil.

“Bunda...!” seru si bungsu. Netranya membulat senang, ia mendekati keberadaan sang Bunda dan merengkuh erat tubuh itu.

Pun Graceva membalas rengkuhan anak bungsunya itu, “Kookie, katakan pada Bunda! Apa yang terjadi saat Bunda pergi bekerja, hmm?” tanyanya. Sepersekon ia melepaskan rengkuhan itu, dan mulai menatap satu-persatu wajah putra-putranya.

Sang empu terdiam, dia malah melempar pandang pada kedua kakaknya. Membuat yang ditatap menundukan kepalanya.

Graceva menghela napas, “Chim, jangan bilang ini semua karena ulahmu lagi!” terkanya.

Hal tersebut membuat sang pemilik nama merasa segar seketika. Netranya mengatup beberapa kali, “Bunda, jangan panggil Jimmy dengan nama itu. Jimmy sudah dewasa!” sergahnya dengan mengerucutkan bibir.

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang