Ruang kelas tidak begitu ramai. Sorot kedua manik itu tak lepas dari seorang gadis yang belakangan ini mengganggu atensinya.
Mungkin cukup pecundang untuk seorang Alterish Kookie yang hanya bisa memperhatikan gadis itu tanpa berniat mengajak bicara. Bukan apa-apa, cowok yang berstatus sebagai Bungsu dari Chua Graceva itu teramat selektif. Dia akan memperhatikan targetnya terlebih dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk mendekati.
Namun, selama beberapa bulan Kookie menaruh atensi lebih kepada gadis itu—tidak ada yang salah. Entah kenapa, gadis itu masih saja membuatnya penasaran. Padahal sudah jelas terlihat, gadis itu di kelilingi banyak teman laki-laki. Tetapi, seorang Mingyu Baldwin Kim memang benar, nyatanya Kookie tidak cukup berani untuk berdekatan dengan seorang cewek selain sang Bunda.
“Masih?” suara Mingyu tiba-tiba. Cowok tan itu mengambil posisi duduk tepat di kursi hadapan Kookie. Kedua maniknya mengikuti sorot netra sahabat karibnya yang tengah memperhatikan seorang gadis anak kelas sebelah.
Kookie mengangkat sebelah sudut di bibirnya, berlalu mengalihkan pandangan dari gadis itu. Dia menggeleng pelan kendati tidak selaras dengan apa yang ada dalam relungnya.
“Oh masih.” Kali ini Mingyu bukan lagi melempari pertanyaan, tetapi lebih kepada pernyataan yang patut dikatakan untuk melihat bagaimana reaksi Kookie.
“Yang lain saja, Ki! Dia banyak yang mendekati, aku tidak yakin kalau dia tidak memiliki pacar,” ujar Mingyu yang menyuarakan pendapatnya. Bukan pertama kali Mingyu mengatakan ini, namun memang butuh kesabaran untuk memberitahu si keras kepala Kookie.
“Siapa peduli,” sergah Kookie yang lebih terdengar seperti sebuah ketidakpedulian. Lantas tubuhnya beranjak, menyahuti tas miliknya dan hendak berjalan lebih dulu keluar kelas.
Pun Mingyu mengikuti langkah Kookie untuk segera pulang. Entah benar-benar pulang atau mereka akan melipir dulu ke sebuah Kafe yang biasa mereka kunjungi. Tungkai keduanya melangkah menelusuri koridor Kampus, cukup jelas dilihat para mahasiswa mulai mengosongi kelas.
“Main dulu?” Tangan Mingyu menepuk pelan bahu Kookie yang memang berjalan lebih dulu darinya.
Sang empu menoleh, Kookie tidak lekas menjawab sebab kepikiran akan satu hal. Seharusnya dengan mudah dia menyetujui ajakan Mingyu. Namun, bayangan sosok gadis membuatnya terdiam sejenak. Yah, selama satu minggu ini Kookie harus menempati janjinya untuk berangkat dan pulang bersama Alena.
“Next time, ya,” balas Kookie akhirnya.
“Yasudah kalau begitu, aku main ke rumahmu deh.”
Ucapan Mingyu sontak membuat Kookie menghentikan langkahnya. Perkataan yang awalnya terdengar biasa, menjadi terasa berbeda kali ini.
'Bagaimana kalau Mingyu tau Nuna jelek itu tinggal di rumahku?'
'Bagaimana kalau Mingyu berkata yang tidak-tidak.'
'Bagaimana kalau Mingyu tau aku sedang jadi babu untuk Nuna jelek itu? Hancur sudah reputasiku!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Teen FictionAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...