21. Masih Sama

1.8K 282 49
                                    

“Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maaf.”

Kata yang pertama kali terlontar dari cowok berkulit putih itu. Netra sipitnya menatap sendu ke arah Alena. Gadis itu tengah membantu mengobati lukanya di kamar.

Keduanya terduduk di sisi ranjang. Usai perkelahian beberapa menit yang lalu, Alena masih berbaik hati untuk membantu mengobati luka dan lebam yang nampak di wajah putih si kakak tertua.

Suga sendiri merasa malu karena hendak melakukan hal yang tidak pantas ke Alena.

Alena menatap Suga disaat mendengar suara yang berhasil memecahkan keheningan mereka sejak tadi. Tangannya yang menggenggam sebuah kapas untuk membersihkan luka Suga kembali turun dari wajah cowok putih itu. Kepalanya menggeleng pelan. Area matanya masih memanas. Alena masih mati-matian menahan sesak yang begitu dominan di relungnya.

“Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu padamu. Aku benar-benar kacau. Aku-

Secepatnya, Alena menghentikan perkataan Suga yang terdengar sangat frustasi.  Jemarinya meraih punggung tangan cowok putih itu. Kepala Alena menggeleng pelan, mengisyaratkan agar Suga berhenti menyalahkan dirinya.

Alena tahu, dirinya masih sedikit terkejut dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Alena bahkan kehilangan afeksi yang acapkali dia rasakan untuk Suga. Hatinya benar-benar kelu. Kepalanya justru masih samar-samar mendengar racauan terakhir si bungsu.

Suga membasahi kilas bibir bawahnya. Netra sipitnya menatap Alena yang kembali mengobati lebam di wajahnya. Sampai akhirnya gadis itu bersuara, “Apa yang terjadi, hmm? Kenapa kau mabuk?”

Kepala Suga menunduk, membuat Alena menghentikan kegiatannya. Gadis itu hanya terdiam sampai menunggu Suga membuka suara.

“Ellen memutuskan hubungan kami,” ucap Suga kemudian. Perkataannya berhasil membuat kedua alis Alena terangkat beberapa sekon. Gadis itu tertegun. Padahal, baru kemarin kekasih cowok putih itu datang ke rumah.

“Padahal tiga hari lagi aku ingin melamarnya,” imbuh Suga. Perlahan, kepalanya terangkat, membuat kedua maniknya bertemu dengan manik kembar Alena.

“Kenapa?” tanya Alena lirih.

Suga malah menggeleng pelan sambil terkekeh getir. Dia menunduk lagi. Takut
kelihatan lemah di hadapan Alena yang Suga lihat sebagai sosok gadis yang kuat.

Cukup dia saja. Cukup dia saja yang tahu mengapa hubungannya dengan gadis bernama Ellen itu harus berakhir. Suga tidak bisa menyesali. Padahal sejak awal dia tahu, kembali menjalin kasih dengan Ellen justru semakin melebarkan luka di dalam relungnya. Dan kali ini, Suga tidak ingin mengulang.

Sekon berikutnya, Suga mendapati Alena menarik tipis kedua sudut di bibirnya, “Yasudah tak apa. Kau akan mendapatkan yang lebih baik,” ucap Alena. Tangannya kembali terulur untuk mengobati lebam di wajah Suga. “Dan kau tidak boleh seperti ini. Kau harus bisa menunjukkan, kalau kau bisa tanpanya.”

Dear, Baby.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang