Pukul lima sore, Jimmy dan Alena sudah menjemput Vee di bengkel. Kini kendaraan roda empat milik Jimmy melaju membelah jalanan kota untuk menuju rumah.
Alena terduduk di kursi belakang. Manik kembarnya hanya menatap jendela mobil di sisi kiri. Mengabaikan dua cowok itu yang tengah membicarakan sesuatu.
Tetapi, pandangannya seketika teralihkan saat mendapati Vee hendak meraih paper cup kopi yang Jimmy bawa untuk dirinya. Saat cowok itu ingin menenggaknya, Alena lebih dulu bersuara, “Hei, Vee! Itu milikku.”
Vee yang duduk di samping Jimmy menoleh ke arah Alena. Satu tangannya mengangkak paper cup kopi itu dengan kedua alisnya yang terangkat. “Iya, aku mau,” ucapnya.
“Iya, tapi kan Jimmy juga membelikannya untukmu,” tukas Alena. Pandangan serta jemarinya menunjuk keberadaan paper cup itu di antara mereka. “Itu milikmu!”
Bukannya apa-apa. Masalahnya, kopi yang ada ditangan Vee sudah sempat Alena cicipi. Rasanya tidak nyaman saja kalau sampai Vee minum kopi yang sudah lebih dulu Alena minum.
“Yah, tak apa.” Netra monolid Vee memandangi paper cup itu. Tangannya memutar paper cupnya sembari memperhatikan setiap inci benda itu. “Sepertinya, rasa kopi ini bakalan lebih manis kalau sudah kau minum duluan.”
Alena mendatarkan wajahnya. Sementara, decakan mengudara dari bibir berisi Jimmy. Cowok blonde itu terkekeh dengan penuturan sang adik, manik kembarnya melirik Alena dari spion di dalam mobil.
“Nah, hati-hati, Al! Si wajah kaku ini mulai menunjukkan sisi playboynya. Hati-hati!” cicit Jimmy sembari terkekeh.
Gadis itu hanya terkekeh, pun Vee begitu. Cowok tampan itu tidak menanggapi perkataan sang kakak dengan serius. Lagipula, Alena bingung, kenapa Vee bisa dijuluki sebagai playboy? Yah, agaknya kata itu tidak tepat untuk cowok bernama lengkap Alderich Veernon itu.
Sebab yang Alena tahu, Vee itu orangnya cuek dan tidak banyak bicara. Jimmy memang benar perihal menyebut Vee 'si wajah kaku', karena faktanya Vee memang jarang tersenyum dan menunjukkan ekspresinya. Tetapi, kalau playboy—Alena belum tahu banyak.
Mereka menghabiskan perjalanan pulang ke rumah dengan diselingi candaan. Kedua cowok itu pun tahu, akhir-akhir ini Alena tidak bersikap seperti biasanya sebab pertengkaran antara si sulung dan si bungsu kalau itu.
Dua puluh menit berlalu, mobil milik Jimmy berhenti disaat sudah memasuki halaman rumah. Manik kembar mereka mendapati beberapa motor sport yang terparkir di dekat garasi. Dan apa yang Alena dapat dari Mingyu memang benar, teman-teman Kookie sedang main di rumah.
Langkah ketiganya mulai memasuki rumah. Tidak ada siapapun di ruang tamu. Ketiganya pun sudah bisa menebak, Kookie dan teman-temannya bermain di ruang tengah.
Yah, Alena mendapati cowok-cowok itu berkumpul di ruang tengah dan bermain konsol serta menikmati camilan. Beruntungnya, keadaan di sana tidak sekacau yang Alena bayangkan. Semuanya masih tersusun rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Baby.
Teen FictionAlena pikir, dia dipekerjakan untuk menjaga tiga bocah laki-laki yang menggemaskan. Namun, Alena salah besar tatkala eksistensi tiga bujang yang menyebalkan hadir di hadapannya seperti mengajaknya masuk ke neraka. Terlebih lagi tensinya selalu menin...